Kilas balik terhadap pengalaman masa lalu terkadang membawa diri pada sebuah kejenakaan dan tersenyum sendiri. Ada saja momen-momen yang mucul kembali karena teringat kembali masa-masa dulu yang punya cerita dengan segala rasa. Termasuk pagi ini kala menatap keluar dari jendela kaca kantor secara tidak sengaja melihat sebuah gedung hijau di pusat Kota Medan tempat bekerja dulu dengan sebutan “Junior” tepatnya Auditor Junior.
Masa perkuliahan di tingkat akhir sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi adalah waktu yang paling tepat untuk mencoba bertarung dan merasakan atmospir dunia kerja nyata. Dan sembari menunggu wisuda setelah menyelesaikan skripsi maka saya bersama teman-teman seangkatan yang sering berguru dengan para senior kampus berbagi pengalaman bagaimana bisa menimba ilmu dan juga mencari lowongan pekerjaan. Selangkah lebih maju begitu seharusnya yang dilakukan oleh setiap mahasiswa tingkat akhir menentukan kehidupan dan karir pekerjaan.
Tidak masalah apakah diterima atau ditolak, setidaknya menjadi bekal dan alat ukur diri terhadap daya jual diri di tengah kompetisi dunia kerja.
Setelah melewati tahapan demi tahapan dari sebuah lowongan di Kantor Akuntan Publik terbesar di Indonesia yang memiliki kantor cabang di Medan, saya diterima dan layak untuk kemudian diberi label seorang junior auditor. Harapan saya sebenarnya bahwa akan dibekali terlebih dahulu dengan pendidikan atau pelatihan yang memadai sebelum terjun langsung ke lapangan, namun ternyata harapan itu ternyata bukanlah seperti yang saya duga. “Berkas ini adalah laporan keuangan 3 tahun tahun buku, kamu pelajari dan 3 hari lagi kita berangkat”, ujar manager audit kepada saya.
Antara terkejut, takjub, dan bimbang.
Terkejut karena baru secara riil melihat seluruh laporan tersebut secara teknis dan berbeda jauh antara yang dipelajari sewaktu kuliah, takjub karena harapan kantor yang mempekerjakan saya memberikan kepercayaan langsung dan merespon setiap pekerja baru yang diterima adalah orang-orang yang layak dipercaya kompetensinya, bimbang karena belum beradaptasi dan tidak tahu mana yang akan dikerjakan duluan.
Pekerjaan di Kantor Akuntan Publik ini adalah bukanlah kantor yang pertama yang pernah saya masuki untuk merasakan dunia kerja. Sebelumnya kurang lebih 6 bulan sebelumnya saya adalah berstatus magang dengan pilihan menjadi pegawai tetap di sebuah perusahaan BUMN Telekomunikasi. Sebuah misteri hidup yang sampai hari ini saya tidak mengerti mengapa dulu setelah pembuatan dan pengujian paper dari magang dengan opsi ikatan dinas tidak saya terima.
Hanya karena di bulan ke 5 magang melihat betapa asyiknya para auditor dari sebuah KAP mengaudit dan begitu punya kuasa dengan menenteng laptop, berpakaian yang rapi dan intinya sangat ditakuti oleh pihak kantor tempat saya magang. Sebuah sentilan terdengar ke telinga saya oleh salah seorang karyawan, “Kalau anak akuntansi belum sah bekerja kalau tidak menjadi auditor (akuntan)”. Mungkin bahasa provokasi ini yang kemudian mungkin membuat saya goyah dan akhirnya memutuskan mengakhiri kontrak magang dengan satu visi harus jadi audior atau akuntan.
Kembali ke cerita audior junior sebelumnya yang terputus. Penugasan pertama ke lapangan dengan sebuah tim audit telah di depan mata. Proses identifikasi dan pengujian awal terhadap lingkungan bisnis auditee telah dilakukan. Waktu 3 hari dirasakan begitu mepet dan kurang. Dengan tempat bertanya atau mencoba membangun komunikasi dengan senior yang lain yang menurut saya saat itu sungguh berbeda dengan kantor sebelumya. Iklim dan lingkungan kerja di bidang telekomunikasi dengan audit yang berbeda. Semua sibuk dengan laptopnya masing-masing dengan tumpukan berkas dan tidak ada tempat bertanya!
Antara malu atau hendak membuktikan diri bahwa saya bukan “calon sarjana akuntan” abal-abal.
Waktu telah tiba untuk ke medan tempur. Dipimpin seorang kakak senior auditor dan seorang auditor yang lain bersama dengan 4 orang berlabel junior. Terbang ke luar kota dengan menginap di sebuah hotel ternama didaerah itu membuat diri berbangga hati. Sebuah perjalanan dinas pertama dengan label auditor.