Mohon tunggu...
M Rosyid J
M Rosyid J Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti

Researcher di Paramadina Public Policy Institute

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siap-Siaplah Jadi Kacung setelah Lulus Kuliah

9 September 2014   20:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:11 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14102445451445816908

Mengeluh demikian tentu lumrah saja. Lha iya, di kampus dulu jadi bintang fakultas, jadi lulusan terbaik, ikut seminar di luar negeri ini itu, lha kok cuma mengurus surat-menyurat, lha kok cuma jadi operator mesin?

Saya pernah (dan sedang, haha) mengalami masa-masa itu. Tapi sejalan waktu, saya sadar dan ingat ucapan kawan saya: masuk dunia kerja, pertama-tapi pasti jadi kacung.

Saya kemudian menyadari kalau dunia kerja dan dunia kampus berbeda sekali satu sama lain. Di kampus, sebelum kamu menjadi senior, pasti harus jadi junior. Butuh waktu dan pengalaman untuk jadi senior. Sama di dunia kerja, untuk menjadi atasan dengan tugas lebih besar, kita juga harus melewati fase menjadi bawahan atau kasarannya kacung. Disuruh ini itu diminta pergi ke sini dan ke situ.

Memang rasanya agak pahit di awal. Sepertinya nilai-nilai dan pengalaman semasa kuliah tak dihargai. Tapi masalahnya bukan dihargai atau tidak pengalaman kita di bangku kuliah.

Masalahnya, dunia kerja adalah dunia baru. Untuk menaklukkannya butuh waktu dan jam terbang, sebagaimana kita berkuliah, perlu waktu untuk jadi senior. Di dunia kerja lingkungan tentu jauh lebih kompetitif dan tanggung jawabnya lebih besar. Jenjang karir juga bukan Cuma 4 jenjang seperti kuliah. Ini bisa berlipat-lipat dari itu.

Anak kuliahan baru masuk dunia kerja itu seperti seorang anak yang beberapa tahun belajar berenang di dalam kelas. Suatu hari ia lulus lalu diminta untuk renang betulan di lautan.

Sebagian besar merasa jumawa. Nilai ujian teori renangnya tinggi. Ia ingin segera berenang di lautan lepas. Tapi mereka lupa kalau berenang betulan di tepian pun mereka belum bisa. Alhasil mereka hanya pindah dari satu pantai ke pantai lain.

Sebagian lain merasa, lebih baik mencoba berenang di tepian pantai. Sebentar nanti juga akan makin pandai. Dari pantai satu, mereka sedikit demi sedikit menjauh ke arah laut. Terus menerus demikian.

Saya sendiri masih di bibir pantai, di pinggir sekali. Saya masih menjadi kacung dan saya (kini) senang manjalaninya. Sebab, sederhana saja, rupanya banyak ilmu yang saya pelajari pada tahap ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun