Mohon tunggu...
Sukron  Makmun
Sukron Makmun Mohon Tunggu... Editor - Peneliti, penulis

I'm a go-lucky-man, just free me from all these rules from needing to find an explanation from everything, from doing only what others approve of...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsep Pendidikan Qur'ani; Solusi Pendidikan Islam Kontemporer

4 Januari 2017   15:05 Diperbarui: 3 Oktober 2019   21:01 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa banyak terpelajar yang tidak terdidik. Ia berpikir hanya dengan akalnya, bukan hatinya. Toh, para filsuf Timur maupun Barat pada akhirnya sepakat, bahwa kebenaran mutlak itu sifatnya intuitif. Teori ini dipelopori oleh Suhrawardi, Al-Ghazali dan Husserl. Bahkan, Husserl sendiri, yang hidup di lingkungan masyarakat sekuler, justru memperkenalkan kesadaran intuitif untuk melihat langsung kompleksitas realitas, tanpa perantara dan tanpa perspektif, sebagaimana yang diyakini oleh para filsuf Islam Timur.

Ketiga, “Wa yuallimuhu al-Kitaba wa al-hikmah”. Prioritas dan fase selanjutnya adalah belajar Ilmu Syari’ah, dalam hal ini adalah ilmu fiqih dan ushulnya (QS. Ali Imron: 164).

Keempat, “Wa yuallimukum ma lam takunu ta’lamun”. Setelah yang disebut tadi bagus dan maksimal, maka yang selanjutnya harus dipelajari adalah sains, teknologi, dan ilmu humaniora.

Rahasia di balik urutan dan redaksi ayat

Ayat-ayat tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Urutan dan subtansinya juga hampir sama. Kira-kira urutannya seperti ini: Dimulai dari surat al-Baqarah ayat 129, Ali Imran ayat 164, al-Jumu’ah ayat 2 dan terakhir adalah al-Baqarah ayat 151.

Sama tapi beda. Urutan, redaksi dan subtansinya yang sama. Namun dhamir(kata ganti) atau mukhatab (sasaran) serta letaknya tidak sama. Seperti kata ‘wa yuzakkihim’ dalam al-Baqarah ayat 129 –sebagai ayat yang paling awal diantara ketiga ayat dimaksud–  justru disebut paling terakhir. Dengan demikian, urutannya adalah, (i) belajar membaca al-Qur’an, (ii) belajar syariah (fiqih), kemudian baru (iii) belajar tashawuf.

Sementara ayat-ayat lain yang turun setelahnya, urutannya adalah (i) membaca al-Qur’an, belajar (ii) Tashawuf,  dan selanjutnya (iii) belajar ilmu syari’ah (fiqih).

Khusus pada surat al-Baqarah  ayat 151, ada tambahan “…Wa yuallimukum ma lam takunu ta’lamun (…mengajarkan apa yang belum kamu ketahui)”. Jadi setelah (i) belajar membaca al-Qur’an, (ii) belajar tashawuf, (iii) belajar fiqih, (iv) dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain seperti sains dan teknologi.

Pada surat Ali Imron ayat 164 dan al-Jumu’ah ayat 2. Keduanya sama-sama ditutup dengan “wa in kanu min qablu lafi dhalalin mubin (…mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata)”. Di sini mengindikasikan bahwa orang-orang yang tidak mengikuti petunjuk al-Qur’an, pasti akan tersesat. So, konsep ini insyallah yang terbaik.

Epilog

Tilawah, tazkiyah dan syariah itu 75% dari total sistem pendidikan yang ada pada konsepsi Islam. Ini wajib dipenuhi pada tingkat pendidikan dasar (RA-MI) sampai tingkat menengah (MTs dan MA). Sementara 25%nya lagi berupa sains, teknologi dan yang lainnya, hendaknya ditekankan/ diprioritaskan pada saat perguruan tinggi (universitas). Saat anak didik sudah memiliki etika yang bagus, akidahnya sudah kuat, serta sudah menguasai hukum-hukum Islam (syari’ah). Semoga dengan menggunakan konsep ini, pendidikan kita bisa memenuhi keinginan terbaik ummat, serta dapat berkompetisi pada tingkat nasional maupun global.© Wallahu a’lam bi al-Shawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun