Dewasa ini kita tahu bahwa harga rumah sangat tinggi dan setiap tahun harganya selalu naik. Sebagai seorang karyawan yang belum lama bekerja, memiliki rumah impian sangat tidak mudah. Apabila hendak memiliki rumah subsidi pun, administrasi bank, waktu tunggu yang lama, dan proses yang tidak sebentar sebenarnya menjadi alasan kaum kekinian untuk menunda memiliki rumah.
Pemikiran yang tertanam bergeser menjadi ketertarikan pada kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor, juga kepada gadget seperti telepon genggam. Banyak cerita dari teman-teman sekantor saya yang pada akhirnya lebih cenderung membeli barang-barang tersebut karena di rasa untuk mendapatkannya, prosesnya tidak sulit dan cepat, meskipun harganya tergolong tinggi.
Selain itu, mereka juga cenderung memiliki gaya hidup yang hobi berbelanja dan kurang bisa menabung. Di pihak lain, dewasa ini begitu banyak platform yang menyediakan pinjaman daring hanya dengan KTP dan kemudahan mengajukan kartu kredit menyebabkan tumbuhnya gaya hidup konsumtif berlebihan.
Segala kemudahan tersebut seharusnya di dukung pula dengan kesiapan masyarakat dalam pengelolaan keuangan. Hal itu sangat penting untuk menanamkan pola hidup menabung dan manajemen keuangan.
Beberapa kasus yang saya temui, ada seorang ibu-ibu yang hendak membayar belanjaannya di pasar swalayan. Saya tidak sengaja melihat dompetnya yang panjang dan terdapat berbagai macam kartu. Saat hendak membayar, ia mengguakan salah satu dari kartunya tersebut.Â
Beberapa detik kemudian, respon dari mesin gesek kartu kredit tersebut, berbunyi tanda transaksi gagal. Kemudian, ibu tersebut mencoba kartu kreditnya yang kedua, dan hasilnya sama. Ia mencoba kembali kartu ke tiga, hasilnya juga sama. Hingga di kartu ke empat, transaksi sukses. Saya amat-amati, sepertinya semua kartu ibu itu sudah melebihi batas limit penggunaan.
Pengalaman tersebut menjadi salah satu contoh pola konsumsi yang tidak direncanakan dengan baik. Tidak hanya kartu kredit, kini telah banyak platform pay later, dimana konsumen yang hendak membeli barang, diperbolehkan untuk membelinya terlebih dahulu dan dibayar kemudian. Kemudahan tersebut menyebabkan konsumen tergiur untuk mencobanya dan akhirnya banyak masyarakat mengalami jerat hutang daring.
Kasus-kasus seperti di atas menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesiauntuk menanamkan pentingnya menabung dan investasi. Menurut pandangan saya, melalui kemudahan-kemudahan dalam pembelian rumah subsidi dan proses yang cepat, menjadi salah satu solusi yang tepat agar menarik konsumen untuk investasi rumah subsidi.
Penyempurnaah aplikasi Sikasep, berbagai tawaran promosi, dan periklanan yang menarik harapannya dapat direalisasikan sehingga semakin banyak orang mengenal aplikasi Sikasep dan mulai berinvestasi rumah subsidi. Ayo generasi muda mulai berinvestasi yang benar, mulai ubah pola konsumsi menjadi lebih banyak menabung, dan mulai investasi di Rumah Subsidi Pemerintah melalui Sikasep.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H