Alarm panik disuarakan.
Seisi gedung dilumuri merah darah. Komando dan perintah lugas dari petugas dan sorakan porak-poranda dari tahanan. Penjara bagaikan rimba hutan. Hanya hukum rimba yang berlaku sekarang.
Yang kuat akan bebas, dan yang lemah akan dilahap hidup-hidup oleh mereka.
Sorakan manusia mencoba melebihi monoton mesin yang berdengung, suara yang berwarna merah.
WUUUUUUUUUUUUUuuuuung ...
"FORMASI! JAGA REGU KALIAN! CEPAT! CEPAT! CEPAT!"
Seluruh sel terbuka dalam panggung merah ini. Seluruh pasukan berseragam api dan bumi saling berbenturan.
Suara senapan api berkobar dengan teriakan yang menggetarkan bumi yang dipijak, melengkapi harmoni kakofoni.
Di dalam kekacauan ini, seorang tahanan duduk meringkuk di dalam sel gelapnya. Punggungnya tidak menghiraukan kedipan merah dan sorakan seru tahanan lainnya ataupun perintah lugas para petugas yang diikuti dengan perkusi RA-TA-TA-TA-TA.
"WUUHUY, HOI!" seorang tahanan mengarahkan suaranya ke dalam sel gelap itu dengan suara melengking. "Ngapain kau diam dalam sana, HOI?" dia mengguncangkan jeruji dengan liar, menambah kehebohan orkestra penjara, "KITA BEBAS, KAWAN! KAPAN LAGI BISA KABUR, HOI?"