Hari ini aku telah sampai di waktunya.
Waktu dimana aku merasakan sebuah kehilangan dan kerinduan menjadi satu.Â
Kehilangan segala canda tawa yang setiap hari hadir karenanya dan rindu dengan segala tingkah yang menimbulkan sebuah tawa tersebut.
Aku tidak pernah menyangka waktu ini akan datang begitu cepat.
Dalam rasa, baru saja kemarin kita masih merasakan hangat nya kebersamaan dan saling tukar sapa.
sekarang, hanya kesunyian yang hilir mudik menemani dari fajar hingga petang hariku.Â
Tidak ada lagi suara tawamu,
tiada lagi gaduh konyolmu, tidak ada lagi segala macam rasa yang dulu pernah membuatku merasa sangat nyaman.
Hai... apa kabar tawamu? Masih semanis dulu kah?
Hai... apa kabar candamu? Masih sehangat dulu kah?
Aku masih ingat kamu lah yang bisa menghadirkan sebuah lengkung senyum dibibirku hanya karena sesuatu yang sangat sederhana,Â
hanya kamu lah yang dapat memadamkan sebuah api emosi dalam diriku yang sangat berkobar hanya dengan sebuah kata-kata yang sederhana juga.
Aku benci dengan sebuah kata perpisahan,
karna bagiku ia adalah sesuatu yang membawaku kembali kepada kesunyian,Â
membawaku kembali kepada kesendirian.
Apakah rinduku sudah sampai pada dirimu disana?
Atau, apakah kamu juga sudah merasakan rindu yang saat ini sedang aku rasakan?
Hai... apa kabar kita? Masih sedekat dulu kah?
Masih ingat siapa yang bisa menjagaku dikala aku merasa sakit?
Masih ingat siapa yang bisa membuatku tenang dikala aku merasa takut?
Masih ingat siapa yang bisa mengembalikan sebuah percaya diriku disaat aku merasa sangat rendah?
Jawaban nya cuma kamu.
Kusampaikan rindu ini melalui sebuah tulisan.Â
Aku tau kamu akan mengerti hanya dengan cara ini lah aku dapat menyampaikan nya.
Hai... apa kabar?
Aku rindu.
Aku rindu kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H