Mohon tunggu...
Semar Kuncung
Semar Kuncung Mohon Tunggu... wiraswasta -

marhaen yang bercita-cita sederhana, senang mencari ilmu yang bermanfaat, hoby naik gunung dan menjelajah alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khotbah Jumat Bahasa Arab di Masjid Agung oleh Wakil Mufti Lebanon dan Hikmah yang Dapat Dipetik

5 Desember 2015   01:58 Diperbarui: 5 Desember 2015   02:41 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masjid-masjid pedesaan yang tradisional, sudah biasa membaca syahadat dan shalawat pada khutbah jumat, didahului dengan bacaan “Sayidina” sebelum nama Muhammad. Berbeda dengan di perkotaan, meski tata cara jumatannya tradisional, khatib kadang-kadang tidak memakai “Sayidina”, mungkin agar khatib dianggap tidak kuno, atau memang berdasarkan kepercayaan bahwa pantang menambah-nambah apa yang tidak dilakukan Nabi SAW.

4. Khatib Membaca Surat Al Baqarah Ayat 143

Lumrah memang dan menjadi salah satu rukun jumat bahwa khatib membaca salah satu ayat Al Quran. Pada khutbahnya khatib membacakan beberapa ayat, diantaranya Surat Al Baqarah Ayat 143 tentang ummatan washatan, yakni umat pertengahan yang merupakan umat unggulan pilihan Alloh dibanding umat-umat sebelumnya.

Ini saya anggap unik, karena ayat ini merupakan ayat andalan dari Nahdlatul Ulama, setidaknya dalam masa sekarang karena sering dibacakan dalam ceramah-ceramah Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradz. Yang dimaknai bahwa ummatan washatan adalah umat moderat, pertengahan dari liberal dan ekstrim, pertengahan dari progressif dan konservatif, menatap masa depan dengan tidak melupakan sejarah, mengikuti langkah kemajuan jaman dengan tidak meninggalkan nilai-nilai lama yang masih dominan untuk dipertahankan.

Sebagai bandingan, ayat yang menjadi andalan dari golongan Islam Modern di Indonesia terutama yang saya tahu Persatuan Islam (PERSIS), ayat andalannya adalah Surat Al Isra Ayat 36 : “dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak ada pengetahuan atasnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawaban”.

Yang dimaknai bahwa jangan mudah terpengaruh dan mengikuti begitu saja kebiasaan orang lain terutama dalam hal ibadah, jika tidak mengetahui apakah hal tersebut dilakukan oleh Nabi SAW dan Salafussalih, apalagi jika jelas-jelas tidak ada contohnya, maka terlarang untuk mengikutinya.

5. Pada Khutbah Kedua Khatib Membaca Ayat 56 Surat Al Ahzab dan Mengkhususkan Khutbah Kedua untuk Berdoa

Pada khutbah kedua, lagi-lagi khatib membaca ayat yang familiar di telinga warga NU dan sering dibaca oleh para khotib NU pada khotbah kedua, yakni Surat Al Ahzab Ayat 56 tentang perintah bagi orang beriman agar ber shalawat kepada Nabi SAW. Selain itu, seperti kebiasaan para Khotib NU, sang Mufti Lebanon yang menjadi khotib, menyambung Ayat 56 Al Ahzab ini dengan doa.

Mengkhususkan khutbah kedua dengan doa, memang bukan tuntunan dari Imam Syafi’i, melainkan kebiasaan di Indonesia terutama para khatib NU. Bahkan sementara kalangan memakruhkan hingga melarang kebiasaan khutbah kedua dikhususkan hanya untuk doa saja.

MEMETIK HIKMAH DARI CARA KHUTBAH WAKIL MUFTI AGAMA ISLAM LEBANON

Hikmah yang dapat dipetik dari cara khutbah Wakil Mufti Agama Islam Lebanon adalah, toleransi sesama pemeluk agama yang berbeda madzhab, serta menghargai adat istiadat masyarakat di luar tempat tinggalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun