Mohon tunggu...
Jaya Nug Miharja
Jaya Nug Miharja Mohon Tunggu... Aktor - Jaya

Lahir di buton 25 desember 1994

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Kita Menjadi Manusia

18 Desember 2018   15:37 Diperbarui: 18 Desember 2018   16:54 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun faktanya juga ada banyak youtuber  dan pengguna media sosial (medsos) menayangkan hasil buah tangannya dengan berbau ujaran kebencian dan sifatnya provokatif terhadap golongan lain demi kepentingan syahwat individunya.

Demikian halnya belum lama ini, lagi tren prostitusi online hingga mencuat memberikan kabar segar pada pekerja seks komersil (PSK) karena hanya dengan bermodal teknologi internet dan gadget bisa menarik pelanggan untuk menggunakan jasanya.

Yang jelas  dalam hal ini penulis bukan pelanggan PSK tapi sejatinya  hanya seorang pria yang masih setia menghormati kehormatan wanita walaupun dihadapan penulis masih saja terjadi aktivitas PSK yang semakin menggurita dan menjamur di simpang kiri jalan.

Banyak faktor yang mempengaruhi tapi penulis melihat ada dua faktor mendominasi hal ini yaitu  diakibatkan oleh akal yang lemah dan nafsu yang tak terkendali (uncontrollable) sehingga terjadi krisis psikologis sebagai akibat dari unggulnya sikap perilaku buruk tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, kita bisa menganalisa bahwa sistem pengemudi (power steering) yang tergabung dari perangkat akal dan nafsu ini masih saja terlihat kebingungan atau kacau menentukan arah saat meniti perjalanan pada arus perkembangan zaman ditandai dengan canggihnya teknologi, dalam arti lain masih belum memenuhi standar pengoperasian diri sebagai manusia utuh jika hanya mengandalkan akal dan nafsu semata.

Demi terpenuhinya kriteria standar operasional manusia (SOM) tersebut, maka manusia harus membutuhkan peta yang memuat aturan secara gamblang. Manusia mengenalnya dengan sebutan Agama, perangkat inilah yang mendorong manusia supaya tidak tersesat di jalan dan tidak mengalami kebingungan menentukan arah kebaikan atau keburukan, kebenaran atau kesalahan saat menjalani kehidupan baik di dunia maupun keyakinan hidup di akhirat.

Agama juga merupakan salah satu titipan Tuhan, namun kebanyakan dari kita sering mencampakannya apalagi memasuki era postmodern menggambarkan fenomena sosial-budaya makin kekinian lebih menghantarkan manusia ke zona materialistis (pecinta harta benda), atas dasar itulah sehingga manusia akan berlari kepada pencarian spiritual untuk menjawab problematika hidupnya.

Terkhusus pada mayoritas generasi milenial masih sangat rentan terombang-ambing oleh pengaruh negatif teknologi  dan sering mengalami kegalauan atau kebingungan (confused), hal inilah yang akan menyadarkan manusia tentang pentingnya muatan spiritual melalui pedoman agama beserta kitab suci-Nya.

Terlepas dari warna agamanya, apakah itu agama islam, Kristen, hindu, budha, dan konghucu. Sebab Persoalan terpenting menurut Eric Fromm, misalnya menyatakan bukan beragama apa, tapi beragama bagaimana. Dan mengutip kalimat bijak oleh gusdur sang guru bangsa "Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah Tanya apa agamamu".

Dengan hadirnya agama maka akan terjadi keseimbangan kerja antara perangkat akal dan nafsu, sehingga ketiga komponen ini tanpa mengesampingkan komponen pendukung lain, salah satunya seperti alam jasmaniah akan bersatu mencapai standar operasional manusia (SOM) dan akan terbentuk pula sistem kemudi (power steering) yang lebih handal dalam menghadapi arus kemajuan teknologi serta akan mampu mewujudkan terciptanya kemurnian manusia lebih matang.

 Power steering ini akan mengantarkan manusia pada puncak kepuasan psikologis akan pentingnya komunikasi antara manusia dengan Tuhan dan menggiring manusia pada telaga cinta yang medambakan kesejukan dan kedamaian yang tidak tergilas oleh teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun