Mohon tunggu...
Jayanto
Jayanto Mohon Tunggu... Programmer - passion - family - meditation

passion - family - meditation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Mau Nilai Matematika 100 ?

13 Juni 2016   00:46 Diperbarui: 16 Juni 2016   10:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa mau nilai matematika 100 ?", hampir semua hadirin yang terdiri dari para remaja kelas 5-6 SD dan SMP mengangkat tangannya. Jika hadirin adalah orang dewasa, mungkin pertanyaannya adalah "Siapa yang ingin sukses ?".

Pertanyaan ini pernah saya ajukan dua kali ke para hadirin yang terdiri dari siwsa SMA & mahasiswa, jawaban hampir semua hadirin mengangkat tangannya. Yang tidak mengangkat tangan mungkin tidak mendengar jelas pertanyaannya.

"OK, kalau begitu semua yang mau matematikanya nilai 100 akan saya berikan. Semua mendapat 100 !". Menarik sekali, tidak ada wajah senang. 

"OK, kalau kurang saya berikan nilai 1000 !". Tetap saja tidak ada wajah yang menunjukkan kegembiraan.

"OK, kalau begitu saya berikan nilai 1 juga !". Lagi-lagi, tidak ada wajah gembira.

Ternyata para siswa/i tidak ada yang mau mendapatkan nilai Matematika 100 dari saya, tidak ada. Tidak ada satupun. Mereka tidak mau nilai dari saya. Tentu saya pemberian saya tidak berharga, karena nilai yang saya berikan tidaklah berharga, tidak ada artinya. 

Nilai pemberian saya tidak berharga karena tidak ada perjuangan yang dilakukan oleh mereka. Nilai matematika 100 yang mereka harapkan adalah kalau mereka belajar, mengikuti ujian/ulangan dan hasil dari perjuangan mereka itulah yang mereka harapkan. Para siswa/i, mahasiswa/i mengerti nilai tidak akan berarti tanpa perjuangan.

Apakah sukses yang lain sama ?

Sukses mendaki gunung dengan ketinggian bla-bla-bla (angka-angka). Sukses menembus rekor kecepatan bla-bla-blah (angka-angka), melampaui traget penjualan bla-bla-blah (angka-angka), memiliki rumah besar dengan ukuran bla-bla-blah (angka-angka), sukses memiliki kekayaan senilai bla-bla-blah (angka-angka), dan selanjutnya silahkan sebutkan sendiri bla-bla-blah (angka-angka).

Lulus kuliah, karena semua hasil test sesuai dengan angka minimual yang harus dicapai, minimal angka adalah bla-bla-blah (angka-angka). Mahasiswa/i yang telah menyelesaikan semua hasil testnya disebut sarjana, tidak perduli bagaimana mereka berjuang menyelesaikan test itu. Jika angka minimum telah dilewati yang sudah.

Sejatinya nilai kesarjanaan seseorang bukan sekadar angka. Ingat kisah Raeni, putri seorang tukang becak yang berhasil menjadi seorang sarjana Ekonomi. Sebenarnya saat Raeni lulus, banyak teman-temannya yang juga lulus, tetapi hanya dirinya yang menjadi berita. Padahal sama-sama sarjana, mungkin hasil test yang dicapai Raeni tidak setinggi dari teman-temanya, tapi Raeni saja yang menjadi berita.

Karena nilai kesarjanaan Raeni berbeda, berbeda dengan teman-temannya. Nilai kesarjanaan Raeni bukan karena angka yang ia capai, tapi bagaimana orang tuanya, dirinya harus berjuang susah payah menghidupi diri, membiayai kuliah agar Raeni tetap bisa kuliah.

Sepertinya tidak ada yang tidak tau, kalau kematian adalah akhir dari kehidupan. Dan semua sukes yang dihitung dengan angka-angka itu, tidak dapat dibawa. Yang dibawa hanya cara mendapatkan semua angka-angka itu.

Ketika waktunya tiba, uang di bank tidak bawa, tapi cara mendapatkan uang itu yang harus dibawa. Rumah yang besar tak mungkin dibawa, tapi cara mendapatkan rumah terus terbawa. Jabatan tidak berlaku lagi, tapi cara mendapatkan jabatan tak dapat ditinggalkan.

Sukses dengan angka yang besar belum tentu caranya sebesar angkanya. Sukses hanya dengan angka yang kecil belum tentu caranya sekecil angkanya. Jadi tidak perlu berkecil hati jika hanya memiliki sukes dengan angka yang kecil, karena caranya bisa lebih besar dari angkanya. 

Semua angka-angka itu harus ditinggalkan dan yang harus dibawa hanyalah cara mendapatkan angka itu. Kesuksesan bukan dari hasilnya, tapi caranya.

Jika bulan Suci Ramadhan ada 30 hari, bukan berapa angka yang telah dilewati, tetapi bagaimana cara melewati bulan Suci Ramadhan.

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa.

12 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun