Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Humor

Me & Pedagang Keliling

13 Juni 2011   11:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehebohan itu kontan mengundang ibu-ibu di sekitar rumah keluar "Adapa, pak?" Dan mereka serentak bilang : "Biarlah nanti kalau si Tukang Tahu lewat, kami ketok pagar rumah Bapak". Ajaibnya, 5 menit kemudian benar-benar pintu pagar diketok dan si Tukang Tahu pembuat masalah itu menunggu di depan pagar. Heran dan berterimakasih sudah pasti tapi alamaak,  malunya itu!  Masa urusan beli tahu saja bikin seluruh RT jadi gempar ?

Tapi,.......... itu kejadian 20 tahun yang lalu, kawan, maaf saja yah!.

Selama itu saya bertekad memperbaiki diri, agar kejadian memalukan itu tak terulang. Saya belajar dari kearifan istri, bagaimana caranya membeli cabe yang habis ketika sedang memasak, cukup hanya seolah menjentikkan jari, dan tukang sayur sudah siap nunggu perintah di depan pagar.

Saya sekarang sudah expert di bidang per-pedagangkeliling-an. 90% pedagang yang lewat di depan rumah, saya kenal. Kalaupun gak kenal nama, muka dan suaranya saya hapal.  'Uuuu' yang tinggi melengking, milik si Apin pedagang kupat sayur (soalnya cuma dia pedagang kupat sayur yang teriak, yang lain cuma bunyi kelentheng-kelentheng),  "Eeeee" yang itu berarti bi Enih penjual Tempe.  "Eaaaaa" yang lewat sekitar jam 7 malam  milik  uda Anwar Sate Padang.  "Ai" yang kencang tapi pendek dan pelit bunyi itupunya si Ajat  Siomay (padahal saya sudah sering saya bilang ke dia kalau si Ai itu sudah pulang ke  Samarang-Garut, ikut alo-nya, tapi dia masiiiiiih aja teriak-teriak mencari tiap hari ..........Ai, Ai, Ai !.  Dasar!) .

Berhasilkah saya menyeberangi gegar budaya yang saya derita?

Menyesal sekali, sob, jawabannya "belum"!!!!.

Kemajuan teknologi melemparkan saya kembali ke titik awal. 90% pedagang keliling, sekarang menggunakan sepeda motor (motorcycle kata si Bule, motor kata orang Jakarta, Pitmotor, kata orang Solo. Ah, anda semua tahu kan apa yang saya maksud?).

[caption id="attachment_259209" align="aligncenter" width="296" caption="(supermilan.wordpress.com)"]

1376288024351638760
1376288024351638760
[/caption] Biarpun saya tahu yang teriak "Uuuu" itu adalah si Madi, tukang sayur yang punya konsep bisnis "Bridging Sales" (alias bisa diutang!). Di pagar rumah, saya hanya melihat asap motornya saja. Orang bersama motornya sudah raib di tikungan.

Teriakan 'live' pun sudah digantikan bunyi-bunyian elektrik yang meskipun maknanya lebih jelas tapi sember, nyakitin kuping!. Kalau perangkatnya sudah mau rusak atau rekamannya gak bener atau juga karena perangkat di kuping saya ini yang memang mulai soak, output suaranya pun ikut ga jelas.  Penjual keliling roti merk Sami Roti yang terkenal itu, terdengar sayup-sayup di kuping saya seperti "syahwati, roti syahwati".

Tapi, anjing-anjing piaraan di sekitar rumah saya sepertinya juga punya keahlian baru. Mungkin karena saraf pendengarannya terganggu, ketika ada pedagang tertentu dengan suara elektrik lewat. Suara keras "Pekmpeeeeek" mereka balas serentak dengan teriakan kompak, ritmis dan  sangat melodius "Uuuuuuuuuuuuuu"

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun