Kehebohan itu kontan mengundang ibu-ibu di sekitar rumah keluar "Adapa, pak?" Dan mereka serentak bilang : "Biarlah nanti kalau si Tukang Tahu lewat, kami ketok pagar rumah Bapak". Ajaibnya, 5 menit kemudian benar-benar pintu pagar diketok dan si Tukang Tahu pembuat masalah itu menunggu di depan pagar. Heran dan berterimakasih sudah pasti tapi alamaak, Â malunya itu! Â Masa urusan beli tahu saja bikin seluruh RT jadi gempar ?
Tapi,.......... itu kejadian 20 tahun yang lalu, kawan, maaf saja yah!.
Selama itu saya bertekad memperbaiki diri, agar kejadian memalukan itu tak terulang. Saya belajar dari kearifan istri, bagaimana caranya membeli cabe yang habis ketika sedang memasak, cukup hanya seolah menjentikkan jari, dan tukang sayur sudah siap nunggu perintah di depan pagar.
Saya sekarang sudah expert di bidang per-pedagangkeliling-an. 90% pedagang yang lewat di depan rumah, saya kenal. Kalaupun gak kenal nama, muka dan suaranya saya hapal. 'Uuuu' yang tinggi melengking, milik si Apin pedagang kupat sayur (soalnya cuma dia pedagang kupat sayur yang teriak, yang lain cuma bunyi kelentheng-kelentheng),  "Eeeee" yang itu berarti bi Enih penjual Tempe.  "Eaaaaa" yang lewat sekitar jam 7 malam  milik  uda Anwar Sate Padang.  "Ai" yang kencang tapi pendek dan pelit bunyi itupunya si Ajat  Siomay (padahal saya sudah sering saya bilang ke dia kalau si Ai itu sudah pulang ke  Samarang-Garut, ikut alo-nya, tapi dia masiiiiiih aja teriak-teriak mencari tiap hari ..........Ai, Ai, Ai !.  Dasar!) .
Berhasilkah saya menyeberangi gegar budaya yang saya derita?
Menyesal sekali, sob, jawabannya "belum"!!!!.
Kemajuan teknologi melemparkan saya kembali ke titik awal. 90% pedagang keliling, sekarang menggunakan sepeda motor (motorcycle kata si Bule, motor kata orang Jakarta, Pitmotor, kata orang Solo. Ah, anda semua tahu kan apa yang saya maksud?).
[caption id="attachment_259209" align="aligncenter" width="296" caption="(supermilan.wordpress.com)"]
Teriakan 'live' pun sudah digantikan bunyi-bunyian elektrik yang meskipun maknanya lebih jelas tapi sember, nyakitin kuping!. Kalau perangkatnya sudah mau rusak atau rekamannya gak bener atau juga karena perangkat di kuping saya ini yang memang mulai soak, output suaranya pun ikut ga jelas.  Penjual keliling roti merk Sami Roti yang terkenal itu, terdengar sayup-sayup di kuping saya seperti "syahwati, roti syahwati".
Tapi, anjing-anjing piaraan di sekitar rumah saya sepertinya juga punya keahlian baru. Mungkin karena saraf pendengarannya terganggu, ketika ada pedagang tertentu dengan suara elektrik lewat. Suara keras "Pekmpeeeeek" mereka balas serentak dengan teriakan kompak, ritmis dan sangat melodius "Uuuuuuuuuuuuuu"
*