Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Piala Thomas 1982, Bangkitnya sang Naga!

8 Februari 2011   23:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 4285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12972078841443128317

Era kejayaan ganda Indonesia yang selalu menjanjikan 4 angka kemenangan di ajang Piala Thomas sejak 1973, seketika menjadi pertanyaan besar.

Di sektor tunggal, masalahnya tidak jauh berbeda. Rudy Hartono di usianya menjelang 33 tahun, kemampuan teknisnya sudah jauh menurun. Di All England, ajang yang membesarkan namanya, terakhir diikutinya 1981 sebagai semifinalis, sebelum dihentikan oleh Prakash Padukone. Hanya kemauan keras dan niatnya untuk membela Merah Putih, dia bersedia memperkuat tim Piala Thomas Indonesia 1982.

King memang masih berkibar, tapi dia tidak mampu "meninggalkan" pesaingnya secara mutlak, seperti Rudy di masa jayanya. Permainannya yang bertipe serang murni, "speed and power game", mulai kelihatan banyak menguras tenaganya di usianya yang sudah 26 tahun ini.

Masalah sebenarnya ada di tunggal ketiga setelah Iie Sumirat mengundurkan diri tahun 1979. Meskipun banyak nama yang beredar, Lius Pongoh, Dhany Sartika dan Hadiyanto, tapi tidak ada satupun yang kemampuannya sudah berada di tingkat elit dunia.

Bulutangkis Dunia (di luar China) 1982.

Di piramida paling atas sektor tunggal putra dunia paling tidak ada 2 pesaing King paling serius, Morten Frost Hansen 24 tahun, Denmark dan Prakash Padukone, yang masa remajanya pernah berlatih di Indonesia, 27 tahun asal India. Selapis di bawahnya, ada nama-nama Flemming Delfs (Denmark, 31tahun), Steve Baddeley (Inggris, 29 tahun) dan pemain muda eksentrik asal Malaysia, Misbun Sidek, 22 tahun.

Di sektor ganda, sepeninggal 2 legenda Christian/Ade dan Tjuntjun/Johan, penghuni puncak dan sekaligus pesaing Kartono/Heryanto tidaklah banyak. Ada nama Thomas Kihlstroem/Stefan Karlsson asal Swedia, yang juara Eropa sejak 1980 (ketika itu Kihlstroem sudah 42 tahun!), lalu Razif/Jalani Sidek, Malaysia yang meskipun jadi juara All England 1982, tapi masih belum stabil, dan pasangan asal Skotlandia Billy Gilliland/Dan Travers, serta pasangan Inggris Mike Tredgett/Martin Dew.

Tapi kejuaraan beregu berbeda dengan perorangan. Dilihat dari daftar pemain yang dimiliki, kalau hanya ini yang dihadapi, Indonesia masih akan mampu mempertahankan Piala Thomas. Meskipun tidak usah lagi bicara angka mutlak 9-0, tapi menang dengan 7-2 atau 6-3, sama saja bukan?

Tapi selain kekuatan tradisional di ajang Piala Thomas ini, sekarang ada China!

China 1982

[caption id="attachment_89147" align="alignleft" width="400" caption="Tim Bulutangkis China !982, sumber: XinHua.com"]

12972078841443128317
12972078841443128317
[/caption]

Setelah berjuang lewat lobi-lobi politis yang sangat panjang sejak 1973, akhirnya China diterima menjadi anggauta resmi badan bulutangkis dunia IBF, 1981. 3 jagoan imigran asal Indonesia, yang mengaduk dunia sejak 1974. Hou Chia Chang, Tang Hsien Hu dan Fang Kai Hsiang sudah semakin mundur prestasinya. Menyadari hal itu mereka mulai giat melakukan pembinaan. Hasilnya tahun 1979 diajang kejuaraan WBF (badan dunia bulutangkis tandingan IBF) Han Tsien (yang kemudian dieja menjadi Han Jian) menjadi juara mengalahkan Luan Chin (kemudian jadi Luan Jin atau Luan Jing) dalam All China final.

All England 1982 adalah ajang pertama pembuktian mereka di ajang bulutangkis dunia. 5 pemain tunggal putra China berhasil menembus perempat final All England pada kesempatan pertama berpartisipasi. Han Jian, Luan Jin, Chen Changjie, He Sangquan dan Chen Tianlong. Tapi kemudian Han Jian rontok oleh Morten Frost, Chen Changjie kalah oleh King, Chen Tianlong dihabisi Prakash. Hanya Luan Jin yang tembus ke semi final dan maju ke final setelah mengkandaskan Prakash.Langkah Luan Jin berhenti di final setelah ditundukkan Morten Frost 15-11, 2-15, 7-15.Tapi, prestasi di tunggal ternyata tidak diikuti oleh prestasi di ganda. Tidak ada satupun ganda putra China mampu menembus semi final.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun