Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Orang Koplak Naik Haji (2)

14 November 2014   12:53 Diperbarui: 30 Oktober 2015   08:41 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelakuan para Petugas pun berbeda. Di Haram dgn garang melarang jema’ah masuk masjid (kalo masjid sudah penuh), di Nabawi justru dgn galak mengusir jema’ah yg menggelar shalat di pelataran agar segera masuk masjid.

Tapi akal para jema’ah nakal dan koplak pun gag kurang. Mereka hanya menunggu di luar pagar area pelataran masjid dan baru masuk setelah Iqamah dikumandangkan, shalat sedekat mungkin dgn pintu keluar dan lari secepatnya begitu Imam mengucap salam (mengejar lift, tau! ......telat dikit, ngantrinya itu hlo!).

Ah, jadi ingat dengan jabatan asli di masjid lingkungan dekat rumah. Pelindung dari gerombolan Kotang Lambur (Komat datang, salam kabur). Tapi yg punya jabatan itu,........ tetangga si Orang Koplak yaaa. Sekali lagi tetangggggaaaa...........

Bab Nama Julukan.

Orang alim senang berkumpul dengan sesama orang alim. Orang jaim pun membentuk kelompoknya sendiri. Para koplak pun dari sononya ditakdirkan untuk berserikat dengan koplakers lain. Soal ibadah ya tetap serius, tapi berhahahihi itu, sungguh enak dibacem dan perlu...............

Susahnya, para koplakers itu lantas mengembangkan semacam bahasa rahasia, menjuluki seseorang dengan nama yg ditahbiskan bersama, untuk sekadar memudahkan mengingat. Nama julukan ini aneh dan lucu tentu saja. Kadang yg punya nama gag tau kalo namanya dirubah seenak jidat oleh para Koplakers dibelakang punggungnya. Sering juga ada yg protes, tapi yaaaaa..... yg menjuluki pun sak benernya ikut prihatin, tapi dengan amat prihatin pula nama julukan itu tetap berlaku. Sudah terlanjur menyebar sih, kan susah ngerubahnya?

Kadang pemberian nama ini berhubungan dengan kelakuan atau penampilan ybs seperti misalnya Komandan Kapal Keruk (karena seringnya menggaruk badan kegatelan), Uztad Cap Keris (Hobinya mengeluarkan rokok hanya untuk dirinya sendiri, mirip mencabut keris). Haji Ali bin Abu Rokok (namanya memang Ali dan perokok berat), dst, dst.

Tapi ada nama julukan yang samasekali gag ada hubungan apapun. Baik dengan penampilan fisik, dengan sifat dan kelakuan atau kemiripan yg lain, misalnya Umar bin Kenthir (padahal, namanya Ujang), Sersan Haddock (namanya Hamid), dll, dll .  Yg seperti ini benar-benar dan betul-betul menguji kesabaran. Coba saja, apa hubungan si Orang Koplak ini dengan nama julukan yg disematkan gerombolan koplakers itu untuknya,............. Syeh Puji?

Cuma Koplak?

Ah, tentu tidak. Berkoplak ria selama perjalanan ini hanyalah sebuah intermezzo di tengah beratnya perjuangan fisik dan pergulatan bathin dalam perjalanan ini. Nyatanya si Orang Koplak hampir selalu menangis dan mewek setiap kali. Cuma, masalah itu rasanya terlalu personal untuk diceritakan.

Dan sebutan sebagai Haji, apalagi seorang Haji yg Mabrur dari sesama, rasanya bahkan menjadi satir buat si Orang Koplak ini. Karena sesungguhnyalah si Orang Koplak belumlah se-sempurna itu............. Perjalanan menuju pintu SurgaNya, seperti yg dijanjikanNya masih panjang dan berat. Masih perlu diperjuangkan sampai hayat berakhir..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun