“When we build the infrastructure, we build the nation.”
Budi Hadimuljono – Menteri PUPR
Saya tertegun sejenak ketika memasuki gerbang tol dengan tulisan besar biru “Cikopo” diatasnya.Ya, pintu dari arah Jakarta ini adalah awal dari jalan tol Cikopo – Palimanan (Cipali). Terlihat deretan 12 gardu terbagi dalam masing-masing 6 jalur untuk masuk dan keluar. Masih baru dan segar. Tol Cipali ini memang belum lama diresmikan oleh Presiden Jokowi, tepatnya 13 Juni 2015 lalu. Dan, baik publik ataupun media menyambutnya dengan cukup hiruk-pikuk. Mungkin, karena inilah tol terpanjang di Indonesia saat ini, membentang sejauh 116,75 km. Atau, mungkin karena jalan tol ini dibuka beberapa hari menjelang Ramadhan, yang berarti dapat membantu proses mudik ribuan orang pada saat Lebaran. Atau, mungkin juga karena cerita-cerita unik di balik pembangunan jalan ini.1 Di luar itu, kunjungan bersama Kompasiana, memberikan refleksi kepada saya mengapa tol Cipali layak untuk kita diskusikan. Beberapa di antaranya adalah berikut ini:
[caption caption="Deretan pintu masuk dan gardu tol di Cikopo, seakan-akan memberi semangat baru. Sumber: pribadi. "][/caption]
1. Mendorong penyelesaian proyek jalan tol Trans Jawa
Tol Cipali merupakan sepenggal bagian dari jalan tol Trans Jawa, yang akan menghubungkan bagian barat dan timur Pulau Jawa, khususnya dua kota terbesar di Indonesia, Jakarta dan Surabaya. Jalan yang menurut rencana, memiliki panjang kurang lebih 1000 km ini, telah terbangun sebagian. Hampir bersamaan dengan peresmian tol Cipali, adalah tol Gempol – Pandaan di Jawa Timur. Tol lain yang sudah ada adalah Cikampek, Cirebon, Semarang dan Surabaya. Namun, yang belum dibangun masih sekitar 642,56 km. Ini berarti lebih dari separoh masih belum terealisasi. Alasan utama mangkraknya pembangunan beberapa ruas jalan tol adalah biaya dan proses pembebasan lahan. Dengan rencana selesai dalam waktu dua hingga tiga tahun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan solusi dengan memakai dana APBN atau APBD untuk pembebasan lahan, bukan modal usaha. Cara ini harapannya dapat mempercepat penyelesaian sembilan proyek jalan tol yang belum selesai.
Kenyataannya, proses pembangunan fasilitas publik sering kali mendapat tantangan tersendiri, ketika berhadapan dengan harapan individu ataupun kepentingan sekelompok masyarakat. Apalagi di era pemerintahan yang lebih demokratis seperti saat ini, proses yang ditempuh membutuhkan waktu dan kesabaran lebih. Kuncinya, pada dasarnya, adalah proses dialog dan negosiasi yang kreatif dalam mencari solusi menang-menang. Sebenarnya, masalah serupa sempat terjadi pula pada saat pembangunan tol Cipali. Seperti yang diutarakan Wisnu Dewanto, dari PT. Lintas Marga Sedaya (LMS), ada satu ruas jalan yang berubah dari rencana semula karena penolakan warga setempat. Hal ini, setidaknya, dapat menginspirasi bahwa masalah pembebasan lahan dapat diselesaikan. Sudah sepatutnya, jalan tol Trans Jawa segera diselesaikan karena memiliki nilai strategis, seperti yang pernah diupayakan oleh Gubenur Jenderal Hindia Belanda, Daendels, dengan jalan dari Anyer – Banten ke Panarukan – Jawa Timur, lebih dari dua ratus tahun yang lalu.
2. Memicu proyek konektivitas yang lain.
“Konektivitas” adalah kunci utama dalam berkompetisi di abad 21 ini. Demikian, pendapat seorang ahli hubungan internasional dan strategi global, Parag Khanna. Semakin terhubung seseorang atau suatu negara dengan orang atau negara lain, semakin besar kesempatan untuk berkembang. Jalan tol Cipali menunjukkan hal ini, seperti halnya rencana jalan tol Trans Jawa. Namun, konektivitas ini hendaknya dikembangkan ke seluruh pelosok negeri. Mulai dari tol Trans Sumatera, yang akan diprioritaskan untuk menghadapi Asian Games 2018, hingga tol Trans Kalimantan, Trans Sulawesi dan Trans Papua. Selain itu, jalan-jalan bebas hambatan ini juga hendaknya tidak mengabaikan pembangunan jalan yang lain, khususnya di daerah pelosok.
Lebih dari itu, sebagai negara archipelago dengan sebagian besar wilayahnya berupa perairan,2 konektivitas di atas air juga hendaknya diperhatikan dan dibangun, sesuai dengan misi Presiden Jokowi. Istilah “tol laut” adalah bagaimana memperbaiki pelabuhan, kapal dan infrastruktur lainnya agar konektivitas lewat air terbangun. Tidak hanya, konektivitas lewat udara, dan jalur komunikasi seperti jaringan telefon dan internet, juga adalah hal lain yang tak kalah pentingnya. Di sinilah, tol Cipali diharapkan dapat menjadi pemicu pembangunan konektivitas darat, laut, udara serta jalur komunikasi lainnya. Apalagi, tol Trans Jawa adalah bagian dari Jaringan Jalan Asia (Asian Highway 2), yang menyambungkan Natuna, Kalimantan, Puerto Princesa, Manila, Luzon hingga Jepang.