Mohon tunggu...
Dani -
Dani - Mohon Tunggu... profesional -

mencari keindonesiaan, menggali kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SID: Memanfaatkan Internet, Mengarusutamakan Perdamaian

25 Desember 2014   06:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Mempromosikan literasi tentang internet dan sosial media.

Banyak orang terjebak dan mudah percaya oleh informasi oleh media daring ataupun seseorang melalui sosial media. Seharusnya, orang tersebut menyadari bahwa di internet ada banjir informasi yang harus disaring, dipikirkan dengan kritis dan disikapi dengan skeptis. Kita harus belajar untuk lebih melek bagaimana suatu media atau orang menyampaikan informasi. Hal ini bisa dicermati, dari pola pemberitaan atau penyampaiannnya (misalnya: tendensius, tak lengkap, atau tak logis), dan kredibilitas mereka yang menyampaikan (termasuk sejarah orang/media yang bersangkutan, keberadaannya yang jelas, dll.). Contoh konkretnya, ketika suatu media daring menuliskan suatu berita, selain dari aspek internal informasi tersebut (judul, isi, bahasa, argumen), kita juga menganalisa dengan melihat apa visi misi media tersebut, siapa di balik berita dan media tersebut (pemimpin redaksi, wartawan, pemilik), keberadaan media tersebut (alamat kantor, telepon/fax, email) dan bagaimana media itu mengambil kerangka (framing) untuk berita-berita lainnya. Seringkali, media abal-abal mengaburkan atau bahkan menghilangkan hal-hal seperti ini. Mulai dari visi misi yang tidak jelas, tidak ada susunan redaksi ataupun menghilangkan nama penulis atau inisial wartawan, hingga tidak mencantumkan alamat kantor atau email yang bisa dihubungi.

5. Mendorong pemaknaan positif dari internet dan sosial media.

Pemaknaan positif adalah mempercayai dan menggunakan internet dan sosial media untuk kegiatan-kegiatan yang lebih menjalin silahturami atau persaudaraan, membangun pemahaman dan mencari solusi. Walau tantangan, problem dan konflik dapat selalu ada dan memang harus diakui, namun bagaimana menghadapi tantangan, mengatasi masalah dan mentransformasikan konflik adalah yang paling utama. Oleh karena itu, masyarakat perlu turut aktif menyampaikan pendapat atau melaporkan hal-hal yang mungkin tidak/belum terungkap di publik. Namun, partisipasi aktif ini juga hendaknya berkualitas, dimana ada analisa yang logis atau solusi yang ditawarkan. Lagi pula, semuanya didasari dengan keinginan untuk memberikan sumbangsih dan harapan bagi orang lain.

Secara umum, tujuan misi ini bisa digambarkan sebagai berikut:

konsumen → produsen → produsen produktif → produsen produktif dan berkualitas

Dari segi teknis, SID akan berfokus dulu pada media sosial Facebook dan Twitter yang paling banyak digunakan oleh orang Indonesia (bandingkan dengan data Kementrian Komunikasi dan Informatika tahun 2013). Sebuah grup dan akun Facebook dan akun Twitter, akan dibuka. Informasi-informasi yang sesuai dengan visi dan misi SID akan ditampilkan beberapa hari sekali. Informasi ini dapat berupa berita, artikel opini ataupun post dan kicauan, maupun ilustrasi yang relevan. Group Facebook akan menjadi komunitas SID, tempat berdiskusi secara intensif dan menyebarkan semangat dan gagasan SID. Selain itu, berjejaring dengan orang, komunitas atau institusi yang berkaitan akan dilakukan, untuk mengenalkan dan membuka ruang interaksi lebih jauh. Dalam waktu tiga bulan, seratus orang atau kelompok di Facebook atau Twitter dapat terhubung dengan dan mendukung SID. Dan, jumlah ini diharapkan bertambah hingga sekitar 500 dalam kurun enam bulan.

Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang tidak luput dengan catatan konflik dengan kekerasan. Perkembangan teknologi informasi yang pesat, bagaikan pedang bermata dua. Sisi yang satu dapat menambah catatan kekerasan itu, namun sisi yang lain membuka peluang untuk mencegahnya. Tambahan pula, kebencian dan fitnah sebagai benih-benih kekerasan itu beredar dan menyebar dengan merajalela di sosial media, dan belum memiliki lawan yang cukup dan sepadan. Dan, gagasan ini mencoba untuk menggarap tantangan ini. Suara Indonesia Damai, memanfaatkan internet, mengarusutamakan perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun