Mohon tunggu...
Jawanri Citra Situmorang
Jawanri Citra Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Membacalah, setelah itu menulislah lagi...

pencari ide

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Diferensiasi

15 Februari 2021   15:25 Diperbarui: 15 Februari 2021   15:45 11368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Diferensiasi | dokpri

Pada hakikatnya setiap anak adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tuhan menciptakan setiap individu sesuai dengan kehendakNya. 

Sebahagian anak terlihat cerdas dan menonjol dalam behitung, Sebagian anak suka dan sangat bersemangat dalam berolah raga, sebahagian anak sangat suka berbicara dan berdebat. Pada kondisi lain ada anak yang sangat sulit sekali untuk mampu berbicara dan sulit untuk menyampaikan ide dan gagasannya secara lisan, di sisi lain mampu berkreasi lewat animasi dan video.

Kondisi ini sudah tidak asing lagi kita temukan pada proses pembelajaran di kelas, di sekolah bahkan mungkin dalam satu keluarga yang kakak beradik saja bisa muncul perbedaan-perbedaan ini. Jika kita memahami lebih dalam, sesungguhnya anak yang hebat berhitung tidak lebih sempurna dengan anak yang sulit membaca atau sebaliknya. 

Sebagai seorang guru, terkadang ini menjadi perenungan apakah sebuah keadilan jika kita merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan hanya satu model yang mungkin cocok dan sesuai dengan anak yang suka berhitung, sedangkan anak yang tidak suka atau yang lemah dalam berhitung kita abaikan atau harus menyesuaikan dengan anak yang suka berhitung?

Tentu hal ini bisa saja berjalan dengan baik, akan tetapi bagi anak yang berkemampuan khusus hal itu bisa saja jadi tantangan atau kendala besar. 

Sebagai seorang guru, menurut saya, pembelajaran diferensiasi menjadi salah satu alternatif untuk menegakkan keadilan tersebut, kita berusaha untuk bersikap adil atas semua anak yang memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri dalam kegiatan proses belajar mengajar. Pembelajaran diferensiasi perlu digalakkan lebih dalam dan lebih luas lagi dalam proses pendidikan baik dari usia dini hingga perguruan tinggi.

Pembelajaran diferensiasi adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi mengajar, strategi penilaian, dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua siswa. Kelas yang berdiferensiasi memberikan jalur yang berbeda bagi siswa untuk mendapatkan isi, untuk memproses informasi dan ide-ide, serta untuk mengembangkan produk/ hasil belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa.

Menurut Mukti dan Sayekti (2003:37), pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:

a. Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran. Menurut Syaodih dan Ibrahim (1996:102), dalam proses penetapan materi pelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama, materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan instruksional; Kedua, materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan siswa; Ketiga, materi pelajaran hendaknya terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan; Keempat, materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.

Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide-ide dari konsepkonsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.

b. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum. Kesiapan dan perkembangan belajar siswa harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. 

Oleh karena itu, tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberikan dukungan bila siswa membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.

c. Ada pengelompokan siswa secara fleksibel. Dalam pengajaran berdiferensiasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.

d. Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer). Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Artinya, di kelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.

Dalam mendiferensiasikan pembelajaran, pendidik perlu melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi. Tentu hal ini perlu kerja keras dan kolaborasi yang kuat antara guru dan juga pimpinan sekolah. Selain itu berikut ini juga termasuk faktor-faktor pendukung pembelajaran diferensiasi yatu:

1. Perpustakaan Perpustakaan sekolah adalah suatu tempat yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga pendidikan sekolah sebagai tempat menyimpan, mengkoleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk dipergunakan oleh siswa dan guru sebagai sumber informasi, dalam rangka menunjang program belajar mengajar di sekolah (Mulyani A. Nurhadi, 1983:1). Perpustakaan memberi kemungkinan setiap anak dapat belajar secara individual. 

Dalam program belajar bebas (independent study) atau aktivitas program pengayaan bagi anak cepat perpustakaan merupakan tempat dan fasilitas penting. Tanpa ada perpustakaan yang memadai maka sangat sulit untuk dapat melaksanakan program independent study atau pengayaan itu. Secara ideal perpustakaan yang baik adalah yang memiliki jumlah buku dengan ratio satu orang 10 buah buku.

2. Penyediaan alat pengajaran

  • Laboratorium atau workshop yang memadai.
  • Jadwal pelajaran yang fleksibel, yang memungkinkan beberapa murid tingkat II misalnya mengikuti pelajaran tingkat III dalam mata pelajaran tertentu.
  • Pengembangan program independent study.
  • Pengembangan program penyuluhan dan bimbingan.
  • Pengembangan team teaching

Jika menelisik kembali makna dari pembelajaran difersensiasi ini, akan sangat baik ini apabila diterapkan secara konsisten dalam proses pembelajaran termasuk dalam pembelajaran online. Peserta didik dapat berkreasi lebih leluasa dan luas dalam memahami sebuah konsep dalam pembelajaran. Hal ini menjadi sulit diterapkan karena peserta didik merasa ini merupakan hal yang baru dan belum terbiasa untuk belajar mandiri. Bagi seorang pendidik hal ini juga butuh waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan perangkat yang mampu memandu proses pembelajran dengan baik.

Bagaimana dengan penerapannya?

Melihat kondisi sekolah dan kelas yang ada perlu terobosan yang kuat untuk melakukann hal ini. Kita dapat memulai dari hal yang sederhana dalam pembelajaran diferensiasi yaitu dari salah satu proses tau produk atau bagian lainnya. misalnya penugasan dengan diferensiasi produk. Pembelajaran diferensiasi ini sebenarnya bukan hal yang baru di sekolah tempat mengajar. Beberapa guru mata pelajaran juga sudah ada yang kolaborasi dalam pembelajaran diferensiasi.

Pembelajaran diferensisasi ini perlu kesepahaman antara guru dan para pemangku kepentingan untuk menghindari kebingungan yang terjadi di sekolah. Selain itu perlu juga manajemen dan hubungan yang baik dengan ortu siswa mengenai penerapan ini supaya pembelajaran tetap bisa berjalan dan bermakna. Jikapun hal ini ada tantangan dari sekolah atau pihak tertentu, menurut saya hal itu merupakan sebuah kewajaran. 

Namun jika hal ini suatu kebaikan dan kita laksanakan dengan benar dan tulus, tidak masalah jikapun bertentangan pada kebiasaan dan aturan pada umumnya.  Sebab, bukan sebuah kehinaan jika kita melakukan sesuatu yang benar dan baik. Apalagi terobosan yang bisa berdampak kepada orang lain bahkan bisa berdampak lebih luas.

Pembelajaran diferensiasi ini sangat sesuai dengan semangat Pendidikan nasional yang berakar dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan bertujuan untuk menolong anak agar bisa bertumbuh sesuai dengan kodratnya. Artinya mereka diberikan kemerdekaan untuk bisa menjadi pribadi yang berkembang sesuai dengan minat, bakat dan profil belajarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun