Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Coffee Rings and Heartstrings [19]

30 April 2024   13:04 Diperbarui: 30 April 2024   13:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Seiring dengan kesuksesan "Fusion Brews" di Brew Classic, hubungan Ava dan Leo semakin mendalam. Pelanggan mulai memperhatikan dinamika hangat antara keduanya, dan suasana di kafe sering kali diwarnai dengan canda tawa mereka yang lembut dan pandangan-pandangan yang berarti. Di antara kegembiraan bisnis yang sedang berkembang, benih-benih romansa mulai bertunas.

Suatu sore yang hujan, ketika kafe sepi dan hanya ada beberapa pelanggan yang berlindung dari hujan, Leo memutuskan untuk mengeksplorasi perasaannya lebih dalam. Dia mengambil dua cangkir dari rak, menuangkan 'Cinnamon Spark'---salah satu dari "Fusion Brews" yang paling populer---dan menawarkan satu kepada Ava.

"Kamu tahu," mulai Leo, berusaha menyembunyikan gugupnya sambil menyesap kopi hangat, "Aku tidak pernah benar-benar berterima kasih kepada kamu karena telah membantu mewujudkan semua ini." Dia melambaikan tangan ke seluruh kafe yang telah mereka transformasikan bersama.

Ava tersenyum, matanya bertemu dengan mata Leo yang penuh arti. "Kita mengerjakan ini bersama, Leo. Tapi, ya, aku juga merasa sangat berterima kasih. Kamu bukan hanya mitra bisnis yang baik, kamu... kamu lebih dari itu."

Terdiam sejenak, keduanya hanya duduk menghirup kopi mereka, mendengarkan bunyi hujan yang mengetuk jendela kafe. Lingkaran kopi di meja di antara mereka seolah menjadi simbol dari momen-momen yang telah mereka bagi, setiap tetes melukis cerita mereka.

Leo menarik napas dalam, kemudian berkata, "Aku... aku sudah lama ingin mengatakan ini. Ava, aku..." Dia terhenti, mencari kata-kata yang tepat.

"Ya?" Ava mendorong, hatinya berdegup kencang, menduga apa yang mungkin ingin diungkapkan Leo.

"Aku menyukaimu, Ava. Lebih dari sekedar teman atau mitra bisnis. Aku tidak tahu bagaimana semuanya bisa seperti ini, tapi setiap hari bersamamu membuatku menyadari betapa pentingnya kamu bagiku," ujar Leo akhirnya, matanya tak beranjak dari Ava.

Ava menarik napas, tersenyum lembut, matanya berkilauan. "Aku juga merasakan hal yang sama, Leo. Aku hanya takut mengatakannya karena tidak ingin merusak apa yang kita miliki di sini, pekerjaan kita, persahabatan kita."

Menggenggam tangan Ava yang dingin, Leo tersenyum. "Kita sudah melewati banyak hal bersama, baik suka maupun duka. Aku rasa kita bisa melewati ini juga, Ava. Bersama."

Senyum Ava melebar. "Bersama," katanya, suaranya penuh harapan.

Keduanya melanjutkan minum kopi mereka, kali ini dengan tangan yang saling tergenggam di atas meja. Di luar, hujan terus turun, tetapi di dalam, kafe mereka dipenuhi dengan kehangatan dan keintiman yang baru. Pelanggan yang masuk mencari perlindungan dari hujan mungkin tidak menyadari perubahan yang terjadi, tetapi bagi Ava dan Leo, setiap cincin kopi di meja itu kini adalah simbol dari ikatan baru yang mereka jalin, memperdalam kesatuan mereka tidak hanya dalam bisnis tetapi juga dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun