Mohon tunggu...
Ahmad Mustaqbal Ukhrawie
Ahmad Mustaqbal Ukhrawie Mohon Tunggu... Mahasiswa - "اِذِ اْلفَتَى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِع # وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْتَفِعْ"

Hamba Tuhan yang mengabdikan diri menjadi seorang pembelajar dan pengamal. Menekuni bidang: pendidikan agama islam, sejarah, dan sastra. “Ikhlas memang tak mudah. Karena itu, ada ungkapan semua manusia ini binasa, kecuali yang beramal. Semua yang beramal binasa, kecuali yang tulus ikhlas" -Muhammad Quraisy Syihab-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Bagindaku

27 Agustus 2022   11:37 Diperbarui: 14 November 2022   16:20 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai kawanku, janganlah mudah berburuk sangka, jika kalian ingin membaca puisi ini, bacalah menggunakan hati yang bersih. Karena, disini anda akan membaca sebuah tulisan yang berantakan, maka dari itu, tatalah hatimu dengan menempatkan yang Esa pada kalbumu.

                 "Untuk Bagindaku"

Baginda yang mulia...

Tersurat kabar dalam sirah-sirah riwayatmu

Kehidupanmu mengajarkan artinya rasa syukur

Kesederhanaanmu mengajarkan artinya kedamaian

Kecerdasanmu mengajarkan artinya kekuatan iman

Baginda yang mulia...

Mengapa engkau tidak duduk di singgasana

Seperti singgasana Sulaiman dengan kemegahan istananya.

Baginda yang mulia...

Mengapa engkau tidak menggunakan baju keagunganmu

Seperti agungnya raja Firaun dan bala tentaranya.

Baginda yang mulia...

Aku takut jika semua pertanyaan itu aku ajukan padamu

Mungkin aku sudah dianggap tidak sopan oleh para Muhibbinmu

Mungkin aku sudah dikroyok oleh para Sahabatmu

Mungkin aku sudah dipenggal oleh para Ajudanmu

Mungkin aku sudah dirajam oleh para Pengikutmu.

Namun semua itu aku tanyakan demi rasa keingintahuan mengenal dirimu

Rasa kecintaanku pada dirimu

Rasa sayangnya dengan dirimu

aku takut jika orang lain memandang rendah dirimu

Mengapa bagindaku?

Sedikit demi sedikit akhirnya aku tersadar

nampaknya semua pertanyaan itu hanyalah sia-sia

Seolah aku hanya menambah dosa

Engkau tak pernah rendah walau direndahkan

Engkau tak pernah luka walau disakiti

Engkau tak pernah kecil walau dikucilkan

Engkau tak pernah kalah walaupun diperangi.

Karena sejatinya engkau, adalah insan yang mulia

Lebih mulia daripada gamis dan keagungan pemakainya

Lebih mulia daripada istana sulaiman yang lengkap dengan singgasana

Sangat jauh lebih gagah, agung, mulia, dan berkuasa, daripada Fir'aun dengan segelintir bala tentaranya.

Bahkan dalam suatu syair 

Engaku adalah rajanya para raja

Cahaya diatas cahaya

Yang menerangi gelapnya kedzaliman dan kemungkaran 

Yang menyebarkan nikmat iman dan manisnya islam

Yang mengentaskan penduduk dunia dari jurang kekafiran

Dan yang memberikan petunjuk berupa wahyu Al-Qur'an, As-Sunnah dan beribu makna yang masih belum diketemukan.

Siapa lagi jika bukan engkau wahai bagindaku?

Aku hanya memohon berikanlah cahaya syafaatmu

Berikanlah hujan berkahmu

Berikanlah terangnya langit-langit petunjukmu.

Ohhh bagindaku...

Aku sangat mengharap syafaatmu...

الهم صلى على سيدنا محمد و على علي سيدنا محمد

Jum'at 26 Agust 2022 M/ 28 Muharram 1444 H, Blitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun