Lelah karena beban pekerjaan? Bosan dengan aktivitas monoton? Dan, penat akan rutinitas harian?
Rekan Kompasianer pasti punya tips-and-trick-nya untuk melepas kejenuhan dan kepenatan. Paling tidak dengan membaca artikel-artikel humor sesama Kompasianer membuat tersenyum dan sejenak keluar dari rutinitas.
Syukur kalau punya pengalaman unik menggelikan, mau menuangkannya dalam bentuk tulisan dan menayangkannya di kolom "Humor" Kompasiana yang beyond blogging ini. Berbagi cerita, pengalaman sekaligus hiburan yang tidak hanya positif dalam menyehatkan pikiran tapi juga bisa meningkatkan kompetensi literasi, khususnya kemampuan menulis.
Media alternatif untuk menyalurkan selera humor yang cerdas, salah satunya dengan menulis artikel ber-genre spoof.Â
Apa Itu Spoof?
Spoof merupakan varian dari tulisan naratif, lebih tepatnya varian dari jenis recount (cerita ulang). Perbedaanya adalah: dalam recount rangkaian kejadian diakhiri dengan hanya reorientasi yang terasa datar dan bisa ditebak oleh pembacanya sejak di pertengahan cerita. Sementara, dalam spoof, narasi pengalaman diakhiri dengan manuver penulis yang tak disangka dan tak diduga oleh pembacanya sebelumnya.
Boleh baca: Mengenal Genre dalam Tulisan dan Genre Tulisan | Mengenang Masa Lalu melalui Recount
Bagaimana Menarasikan Spoof?
Ada 3 langkah utama dalam menulis spoof. Yaitu: menyampaikan orientasi cerita; menceritakan peristiwa demi peristiwa; dan mengakhiri cerita dengan twist.
Di langkah pertama, orientasi, penulis memperkenalkan siapa tokoh, apa yang terjadi, dimana dan kapan kejadiannya.
Pada tahap kedua, penulis menguraikan secara rinci kejadian yang dialami atau dilakukan tokoh. Kejadian-kejadian diurutkan secara kronologis dan diklaster menurut ruang atau waktu. Sebagai contoh, klasterisasi berdasar waktu: peristiwa pada Tahun 2017, peristiwa pada Tahun 2018 dan peristiwa pada Tahun 2019. Contoh lain, klasterisasi berdasarkan ruang: masa sebelum keberangkatan, masa selama di perjalanan, masa selama di tempat tujuan dan masa di perjalanan pulang.Â