EL.Com sudah menyatukan kami. Coaches dan debatees sudah beraktivitas, melatih dan berlatih debat Bahasa Inggris. Namun permasalahan tidak membiarkan kami berjalan mulus. Untuk itu kami berempat bekumpul kembali untuk mengevaluasi dan merespon apa yang terjadi.
"Bu Dedew sudah menerima SK CPNS, Pak Jaw," Bu Has memulai pembicaraan kami.
"Alhamdulillah. Ikut senang mendengarnya. Dimana ditempatkannya, Bu Dew?" Sambungku sekaligus mengalihkan pertanyaan langsung ke orangnya.
Bu Dedew menyebutkan sebuah nama SMA yang tidak lama lagi akan menjadi tempatnya bertugas. Yang jelas bukan sekolah ini.
"Artinya ...," Pak Nugra mulai terlibat pembicaraan, "... kita kehilangan satu tenaga pelatih."
"Dua, Pak." Bu Has langsung menyambar, "SK Mutasi saya ke SMK juga tinggal menunggu waktu. Jadi, tinggal kalian berdua, Pak Jaw, Pak Nu. Kami titipkan EL.Com ini."
Lagi sayang-sayangnya, kami harus berpisah. Oke lah, suka atau tidak, harus merelakan kepergian mereka. Bu Has, partner senior, mutasi ke sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Bu Dedew, si Bungsu, harus menjalankan tugas yang baru di sekolah lain.
"Ok, Bapak Ibu," aku coba meneruskan ke masalah lainnya. "Bu Has dan Bu Dedew, rela atau tidak, kami terima pamit kalian untuk meninggalkan, tapi saya dan Pak Nugra tetap minta masukannya terkait efektivitas debate coaching ke depannya."
"Kita sudah menyelesaikan dua pertemuan melatih anak-anak. Tapi rasanya sporadis, kurang terencana," Pak Nugra menegaskan.
Bu Has dan Bu Dedew secara bergantian mengemukakan pendapat dan sarannya. Intinya adalah harus ada media dan atau metode pelatihan yang bervariasi.
Alhamdulillah, puji Tuhan. Inspirasi cukup bersahabat. Bukan guru kalau tidak punya jurus jitu. Bukan guru kalau tidak punya ajian sakti. Struktur debat, ya struktur debat dan peran pendebatnya. Tiba-tiba dua frasa itu menggoda kami untuk dijadikan strategi atau tahap-tahap berlatih debat. Ya, kenapa tidak?
Perlu direview, bahwa debat terdiri dari 2 tim. Affirmative atau government team dan negative atau opposition team. Masing-masing tim melakukan beberapa tahap dalam menyajikan argumen timnya.
Pertama, 1st speaker tim pemerintah menyampaikan definisi dan parameter motion yang diajukan; menyampaikan outline argumen tim dengan menyatakan topik dan sub-sub topik argumen timnya; dan, menyampaikan argumen sendiri (salah satu sub topik timnya). Argumen harus memenuhi paling tidak empat unsur, AREL: assertion (main idea argumen), reason (alasan atas pernyataan), evidence (bukti, fakta atau contoh) dan link back (rekap ketiga sebelumnya).
Kedua, 1st speaker tim oposisi boleh menentang definisi yang diajukan oleh tim pemerintah jika definisi dianggap tidak fair dan tidak memberi ruang gerak timnya untuk berargumen dari sisi lain; menyampaikan bantahan argumen tim pemerintah; menyampaikan outline argumen tim; dan, menyampaikan argumen (AREL) sendiri sesuai sub topiknya.
Ketiga dan keempat, masing-masing 2nd speaker baik dari tim pemerintah maupun tim oposisi secara bergantian menyampaikan bantahan dan argumen (AREL) sesuai dengan sub topik yang telah diberikan kepadanya.
Berikutnya, masing-masing 3rd speaker dari kedua tim secara bergantian saling menyangkal argumen tim lawan, merekap dan memperkuat argumen 1st speaker dan 2nd speaker dari timnya.Â
Dan akhirnya, 1st speaker atau 2nd speaker dari tim oposisi dan tim pemerintah berbicara kembali untuk yang kedua kalinya. Mereka saling berbalas menyampaikan pidato tambahan sekaligus penutup debat. Masing-masing menganalisa setiap argumen timnya sendiri dan argumen tim lawan, dan mempertentangkan poin-poin argumen dari keduanya untuk menunjukan adanya clash of argumen dan menunjukan bahwa argumen timnya lah yang lebih layak untuk diperhitungkan.
Tahap-tahap berdebat tersebut kami adopsi menjadi strategi melatih. Handouts dibuat sebagai media untuk setiap pertemuan. Handouts tersebut masing-masing diberi judul: defining motion and giving parameter, presenting team line and theme splits, asserting, reasoning, showing evidence, lingking back, dealing with POI, rebutting,  rebuilding team case, dan recaping and contrasting  both team's arguments. Tentu saja handouts ini tidak disusun sekaligus, melainkan dibuat sehari sebelum pertemuan. Bisa dikatakan, hanya satu malam selisih pemahaman antara coaches dan coachees calon-calon debaters.
Pertemuan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya kami jalani. Pak Nugra melatih sesuai dengan jadwalnya. Begitu juga aku. Dengan segala tantangan, kepuasan sekaligus kekecewaannya. Dari sembilan peserta tidak semua terus mau berlatih, satu dua gugur. Biarkan saja, seleksi alam. Hingga terakhir tinggal tujuh peserta.
Aku berusaha untuk terus meningkatkan kualitas pelatihan, semampuku. Semaksimal mungkin setiap tatap muka diihindari verbalism. Dihindari kegiatan yang kurang bermakna hanya teori minim praktik. Setiap satuan materi diupayakan selalu dipelajari peserta melalui praktik dan simulasi dari dua sudut pandang yang bertentangan walaupun dari satu pokok permasalahan yang sama.Â
Sebagai contoh, dalam materi asserting dengn isu menyangkut corporal punishment (hukuman fisik di sekolah), peserta dikelompokan kedalam dua kubu walaupun dalam satu perspektif, persepektif "pendidikan" umpamanya. Segala sesuatu yang debatable, termasuk hukuman fisik dari sudut pandang pendidikan, selalu ada manfaat dan mudlaratnya, sehingga ada pro dan ada kontra
Bisa disimpulkan, strategi pelatihan yang aku terapkan adalah versi sendiri. Entah ada atau tidak, rujukan ilmiahnya. Belum sempat aku mencari referensinya. RSSR, Roleplaying-Simulation Snowball Rolling. Gelinding bola salju, karena semakin berjalan dari tatap muka satu ke tatap muka berikutnya, semakin bertambah kuantitas dan kualitas pembelajarannya.Â
Materi yang sudah dilatihkan di pertemuan-pertemuan sebelumnya dipraktikan dan disimulasikan kembali terintegrasi dengan materi yang dipelajari di pertemuan yang sedang berjalan. Bermain peran, karena peserta memainkan tokoh, pendebat yang pro dan pendebat yang kontra terhadap sebuah isu. Dan simulasi, karena kedua pendebat pro dan kontra tersebut langsung dihadapkan, laiknya dua orang yang sedang berdebat. Â
Bersambung ....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI