Langkah berikutnya, bersama enam siswa (untuk dua tim, karena katanya tiga siswa per tim), kami melakukan latihan. Ups! Itu bukan latihan. Lha, kami cuma berkumpul dan membahas, kalau tidak mau disebut hanya menterjemahkan, kata-kata sulit dalam daftar belasan motion atau topik yang akan diperdebatkan. Tidak lebih. Itu cuma "daripada tidak sama sekali" dengan serba ketidaktahuanku tentang apa itu debat, bagaimana berdebat, dan bagaimana aku melatihkannya pada siswa..
Saat yang dikhawatirkan pun tiba, tak memberi toleransi seperti yang diharapkan untuk mundur barang satu minggu. Aku sendiri merasa asing di tengah-tengah para pembimbing lainnya. Aku belum mengenal sesama guru dari sekolah-sekolah lain.
Match-up sudah dilakukan. Timku berhadapan dengan tim sebuah SMA yang sama sekali belum aku kenal profilnya. Apakah skill mereka lebih bagus atau tidak, sama sekali aku tidak tahu. Timku mendapat peran sebagai Affirmative Team.Â
Reva, the first speaker, mulai mengajukan mosi debat, diikuti dengan menyampaikan argumennya yang setuju dengan penerapan mosi. Tiga menit dari tujuh menit yang diberikan, Reva hanya mampu berbicara. Tim Negatif mulai unjuk kebolehan. Pembicara pertamanya mampu menghajar argumen pembicara pertama tim afirmatif, dengan lebih unggul dua menit berbicara. Pembicara kedua tim afirmatif, Sutris, mendapat giliran berbicara. Sempat berharap Sutris akan lebih unggul dari pembicara tim negatif, paling tidak mampu bertahan lebih lama berbicara, enam atau tujuh menit. Harapan diurungkan ketika Sutris mengakhiri pidatonya di menit ke dua. Second Speaker of Negative Team menyangkal argumen tim afirmatif dilanjut menyampaikan argumen timnya. Pembicara ke tiga tak ketinggalan menyimpulkan argumen  tim masing-masing. Debat ditutup dengan pidato balasan dari kedua tim.
Sekarang ketiga juri menyampaikan feedback pada setiap tim. Juri 1 memberi ulasan mulai dari penampilan tim afirmatif dilanjutkan ke performa tim negatif dan mengakhiri dengan keputusan untuk memenangkan salah satu tim. Juri 2 lebih menunjukan kelebihan masing-masing tim dalam berdebat. Bisa ditebak, tim yang lebih banyak diulas kelebihannya, tim itulah pemenangnya. Juri 3 menggunakan teknik berbeda dalam menyampaikan keputusannya. Terlebih dahulu menyampaikan tim mana pemenangnya, kemudian menjelaskan alasan keputusannya dengan menyampaikan kelebihan dan kekurangan masing-masing tim.
Pengalamanku yang pertama membimbing kejuaraan debat Bahasa Inggris. Sekolah pun, katanya, baru pertama mengirimkan tim debatnya. Itupun karena tahun lalu ditelpon dan dimarahi Kepala Dinas karena tidak berpartisipasi. Ya, kami baru saja mengirimkan pasukan perang, yang tidak dibekali senjata dan amunisi, terlebih strategi dalam bertahan dari dan menyerang  musuh. Aku sendiri menyaksikan pasukanku dibantai di medan perang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H