Mohon tunggu...
Ahmad Jawahir
Ahmad Jawahir Mohon Tunggu... Guru - Penulis Tanggung

Biasa saja sih....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

From the Impossible #1 Maju Berperang Tanpa Senjata

2 Mei 2020   23:31 Diperbarui: 4 Oktober 2020   06:02 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Waktu aku diperbantukan di sekolah  dibawah kementerian yang berbeda, aku dipercaya membina Kegiatan Ekstrakurikuler (Ekskul) Bahasa Inggris dan membimbingnya ketika ada lomba. Karena aku memang guru pengampu Bahasa Inggris. Itu dulu di tempat tugas terdahulu. Pertengahan semester gasal, enam bulan yang lalu, aku mutasi ke sekolah ini. Aku tidak mendapat informasi, apalagi melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada kegiatan ekskul Bahasa Inggris disini. Di SK Pembagian Tugas pun tidak ada pembina dan wadah kegiatannya.

Sekarang, tiba-tiba aku mendapat tugas membimbing Lomba Debat Bahasa Inggris. Cukup membuat nyali nyiut. Wajar saja kalau aku berkeinginan menolaknya, karena selain kegiatan latihannya tidak pernah ada, waktu persiapan hanya beberapa hari kedepan, aku pun belum mengenal event ini.

"Lomba ini termasuk kedalam kegiatan mandatory, setara dengan Olimpiade Sain," kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ketika aku mencoba memberanikan diri menghindar secara halus menjadi pembimbing kegiatan High School Debating Championship ini. "Konon, kalau tidak mengirimkan peserta, kepala sekolah akan ditelepon langsung oleh Kepala Dinas agar segera mendaftarkan dan mengirimkan peserta didiknya dalam lomba tahunan tersebut," sambungnya.

Dengan perintah berbau ancaman tersebut, aku akhirnya bersedia. Karena bukan diri  saja taruhannya, tapi sekolah juga akan menanggung risiko jika aku lari dari tanggung jawab ini.

Langkah pertama yang aku lakukan adalah menghubungi sesama guru Bahasa Inggris, terutama yang lebih senior. Tidak memberikan solusi, hanya merekomendasikan nama siswa yang memang sudah berbakat. Kalau itu, aku pun punya beberapa nama yang lumayan kemampuan Bahasa Inggrisnya.

"Hey! Tidak mungkin! Tidak mungkin kamu bisa melakukannya!" Lagi-lagi perasaan itu menggertakku.

"Ah! Jangan pesimis! Di sekolah terdahulu aku bisa kok? Aku bisa membimbing dalam lomba dan hasilnya tidak pernah di bawah tiga besar." Sisi lain ruang hati mencoba melawan.

"Beda! Dulu disana kamu membimbing speech contest. Anak SMP juga bisa. Yang ini debat, debating competition. Debat berbeda dengan pidato. Dalam pembelajaran pidato, peserta didik mempersiapkan teks sesuai topik yang ditentukan oleh panitia lomba; menunjukan teks tersebut ke guru pembimbing untuk dikoreksi; mempelajari lafal, intonasi setiap kata, chunking frasa dalam setiap klausa; dan memolesnya dengan bahasa tubuh dan mimik muka. Begitu saja. Tidak ada dinamikanya!"

"Kalau debat?"

"Lha, pertanyaanmu menunjukan kamu belum tahu apa itu debat. Gimana timmu akan juara? Membuat malu, mungkin ya."

Terus bisikan itu mempengaruhi. Masuk telinga kanan dan tak mau keluar telinga kiri. Mengendap di benak, menembus ke jiwa.

Langkah berikutnya, bersama enam siswa (untuk dua tim, karena katanya tiga siswa per tim), kami melakukan latihan. Ups! Itu bukan latihan. Lha, kami cuma berkumpul dan membahas, kalau tidak mau disebut hanya menterjemahkan, kata-kata sulit dalam daftar belasan motion atau topik yang akan diperdebatkan. Tidak lebih. Itu cuma "daripada tidak sama sekali" dengan serba ketidaktahuanku tentang apa itu debat, bagaimana berdebat, dan bagaimana aku melatihkannya pada siswa..

Saat yang dikhawatirkan pun tiba, tak memberi toleransi seperti yang diharapkan untuk mundur barang satu minggu. Aku sendiri merasa asing di tengah-tengah para pembimbing lainnya. Aku belum mengenal sesama guru dari sekolah-sekolah lain.

Match-up sudah dilakukan. Timku berhadapan dengan tim sebuah SMA yang sama sekali belum aku kenal profilnya. Apakah skill mereka lebih bagus atau tidak, sama sekali aku tidak tahu. Timku mendapat peran sebagai Affirmative Team. 

Reva, the first speaker, mulai mengajukan mosi debat, diikuti dengan menyampaikan argumennya yang setuju dengan penerapan mosi. Tiga menit dari tujuh menit yang diberikan, Reva hanya mampu berbicara. Tim Negatif mulai unjuk kebolehan. Pembicara pertamanya mampu menghajar argumen pembicara pertama tim afirmatif, dengan lebih unggul dua menit berbicara. Pembicara kedua tim afirmatif, Sutris, mendapat giliran berbicara. Sempat berharap Sutris akan lebih unggul dari pembicara tim negatif, paling tidak mampu bertahan lebih lama berbicara, enam atau tujuh menit. Harapan diurungkan ketika Sutris mengakhiri pidatonya di menit ke dua. Second Speaker of Negative Team menyangkal argumen tim afirmatif dilanjut menyampaikan argumen timnya. Pembicara ke tiga tak ketinggalan menyimpulkan argumen  tim masing-masing. Debat ditutup dengan pidato balasan dari kedua tim.

Sekarang ketiga juri menyampaikan feedback pada setiap tim. Juri 1 memberi ulasan mulai dari penampilan tim afirmatif dilanjutkan ke performa tim negatif dan mengakhiri dengan keputusan untuk memenangkan salah satu tim. Juri 2 lebih menunjukan kelebihan masing-masing tim dalam berdebat. Bisa ditebak, tim yang lebih banyak diulas kelebihannya, tim itulah pemenangnya. Juri 3 menggunakan teknik berbeda dalam menyampaikan keputusannya. Terlebih dahulu menyampaikan tim mana pemenangnya, kemudian menjelaskan alasan keputusannya dengan menyampaikan kelebihan dan kekurangan masing-masing tim.

Pengalamanku yang pertama membimbing kejuaraan debat Bahasa Inggris. Sekolah pun, katanya, baru pertama mengirimkan tim debatnya. Itupun karena tahun lalu ditelpon dan dimarahi Kepala Dinas karena tidak berpartisipasi. Ya, kami baru saja mengirimkan pasukan perang, yang tidak dibekali senjata dan amunisi, terlebih strategi dalam bertahan dari dan menyerang  musuh. Aku sendiri menyaksikan pasukanku dibantai di medan perang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun