Saya mengimbau kepada masyarakat dan mahasiswa untuk melihat kontestasi politik ini lebih jernih. Jangan pernah fanatik dalam mendukung. Karena sikap fanatik akan menutup argumentasi dan ruang diskusi. Sehingga diskursus yang berkualitas tidak tercipta. Dalam konstelasi politik sekarang berbagai kepentingan selalu diselipkan dalam puisi dan narasi indah para politisi.Â
Oleh karena itu ucapan "demi bangsa dan negara" bagi saya adalah lelucon menjijikan. Ribuan politisi sejak dulu berkata demikian namun nyatanya hingga detik ini Republik ini belum berdaulat dalam berbagai macam aspek.Â
Kita belum berdaulat dalam ekonomi, pangan, energi, SDM, dan yang lainnya. Bahkan penyakit legenda "korupsi" masih makmur terpelihara di Republik tercinta ini. Upaya untuk menghilangkan korupsi dengan reformasi hampir tak berbuah. Walaupun negara ini masih memiliki ribuan persoalan dan kekacauan namun kita tidak boleh berhenti berharap. Dan harapan indah itu tersimpan dalam Pilpres 2019, kendali sangat tersirat dan terkubur sangat dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H