Selama menjalani tugas tersebut, jika terdapat sisa dari uang yang ia terima dari perusahaan, ia dengan jujur ingin mengembalikan uang tersebut kepada atasannya namun, karena kejujurannya itu atasannya menolak sisa uang tersebut dan memberikannya kepada Triyono.
Selama mendapatkan tugas tersebut Triyono selalu menabung uang yang telah ia terima dengan sebaik mungkin. Setelah dua setengah Tahun berlalu, berkat kerja keras, hidup hemat, dan selalu menabung, Triyono akhirnya bisa membeli  rumah sendiri untuk tempat tinggalnya.
Rumah tersebut yang ia beli sudah berbentuk satu kavling yang dibagi 2 rumah berjejeran, oleh karena itu, satu rumah sebelahnya ia jadikan sebuah kontrakan untuk bisa menambah-nambah penghasilannya dan aset di masa depannya. Dari semua penghasilannya yang telah Triyono dapat, akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan seorang perawat bernama Jeminah pada tahun 1974 dan dikaruniai seorang putri pertamanya di tahun 1975.
Kembali Terjatuh
Kebahagiaan tersebut menurun karena pada tahun 1975 perusahaan tempat Triyono bekerja mengalami kebangkrutan dan ia kembali menganggur. Namun, ia mendapatkan pesangon satu unit sepeda motor. Dengan tabungan yang ia miliki, Triyono membeli 3 unit sepeda ontel agar ketiga sepeda ontel yang ia punya disewakan kepada orang yang bekerja sebagai ojek sepeda.
Alih-alih mendapatkan untung, ia justru mengalami kepahitan kembali, mulai dari setoran yang tidak sesuai bahkan sampai salah satu sepeda ontelnya dijual tanpa sepengatahuan Triyono oleh orang yang menyewa sepeda tersebut.
Menyadari hal itu, Triyono datang menghampiri pelaku tersebut menuju kediamannya namun, ketika sampai di tempat tinggal pelaku, Triyono tersentuh hatinya melihat kondisi tempat tinggal orang tersebut yang hanya tinggal di sebuah tenda, akhirnya ia mengiklaskan satu sepeda ontelnya itu dengan tujuan beramal.
Karena usaha ojek ontelnya tidak berjalan mulus, maka sisa 2 sepeda ontelnya dijual semua.
Triyono menyadari usahanya tidak berjalan mulus, ia pun akhirnya memutuskan untuk ngojek motoe sendiri dengan sepeda motor miliknya (pesangon dari EMKL). Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia terbantu oleh sang istri yang berprofesi sebagai perawat membiayai sementara kebutuhan keluarganya dan mereka benar-benar hidup prihatin dan hemat selama masa terpuruknya.
Bangkit!