Mohon tunggu...
Kertaning Tyas
Kertaning Tyas Mohon Tunggu... Human Resources - Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Panggil saja Ken. Penggerak inklusi di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Menteri, Yuk Hentikan Bullying di Sekolah!

15 Februari 2020   03:23 Diperbarui: 15 Februari 2020   03:31 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Nadiem Anwar Makarim. Sumber: Kompas

Viral video yang memerlihatkan aksi kekerasan terhadap seorang siswi oleh beberapa siswa atau teman lelakinya di kelas. Pelajar yang belakangan diketahui adalah CA (16) siswi SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah itu terlihat pasrah dipukuli sembari duduk dan menangis tersedu.

Menurut keluarga koban, CA, anak bungsu dari dua bersaudara ini, memang memiliki pribadi yang supel saat kenal dengan orang lain. Namun, pihaknya tidak berani membalas saat disakiti karena memang ada keterbatasan. CA mengaku pada keluarganya ia sering merasa sakit karena kerap dipukuli oleh kawan-kawan sekolahnya.

Ya, terkait kasus bullying dalam lingkungan lembaga pendidikan, rasanya masih lekat pula dalam benak kasus perudungan mahasiswa difabel di Universitas Gunadarma pada Juli 2017 lalu, kini muncul lagi dan muncul lagi kasus-kasus bullying terhadap penyandang disabilitas.

Selain kasus MF di Universitas Gunadharma dan CA siswi SMP di Purworejo, kasus bullying yang masih hangat pula terjadi di SMPN 16 Kota Malang. Korban bully akhirnya harus diamputasi dan kehilangan salah satu jarinya.

Dikisahkan, korban bullying tubuh MS sempat diangkat beramai-ramai oleh temannya dan dibanting di atas lantai paving sekolah oleh teman-temannya. Tak hanya itu, MS sempat dilempar ke pohon oleh teman-temannya. Kepada polisi, pelaku melakukan hal itu karena iseng dan bercanda.

Kasus lainnya, adalah SN seorang siswi SMP yang melompat dari lantai 4 gedung sekolah. Kepergian SN, menyisakan tanda tanya. Sementara, pihak sekolah, yakni SMP Negeri 147 di Cibubur, Jakarta Timur, membantah jika SN bunuh diri akibat dibully teman sekolahnya.

Satu kasus lagi yang cukup lawas, adalah tewasnya mahasiswa IPDN Sulut tahun 2013 saat mengikuti ospek. Jujur saya tak ingin lebih panjang lagi merinci daftar kasus kekerasan di dunia pendidikan.

Kasus-kasus bullying di dunia pendidikan rasanya makin memprihatinkan,  masih namun belum ada solusi mendasar terhadap penyelesaian kasus-kasus tersebut. 

Namun setidaknya saya sendiri sebagai orangtua terus membekali anak dengan ilmu beladiri  silat, demi memupuk jiwa ksatria dan keterampilan bela diri. Juga satu dukungan penuh yang kerap kali saya tekankan pada anak, bahwa tak ada aksi lain kecuali LAWAN pada setiap tindak kekerasan yang dilakukan oleh sesama siswa, atau guru bahkan siapapun.

Satu sisi ini adalah jaminan keselamatan bagi anak, sebagai orangtua yang pasang badan untuk melindungi anaknya. Sisi lainnya adalah pudarnya kepercayaan bahwa sekolah bukan lagi tempat yang bisa dipercaya begitu saja mampu mendidik dan mencerdaskan anak.

Tujuan tulisan ini, saya mengajak pemerintah, melalui Bapak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, untuk mengambil langkah bijak mencegah bullying/perudungan terus terjadi dan membudaya dalam dunia pendidikan.

Khususnya mohon segera selesaikan secara adil kasus bully terhadap siswi difabel di Purworejo juga kasus perudungan yang menyebabkan amputasi jari di Malang, agar tak lagi terulang kasus-kasus serupa di masa mendatang. 

Juga mengingatkan publik tentang fungsi sekolah yang tak hanya sekedar mengejar nilai akademik sehingga melupakan penanaman budi pekerti. Salah satu langkah sederhana misalnya mengembalikan pelajaran PMP sebagai materi pelajaran sekolah. Terlebih bapak sebagai menteri baru kerap kali menyuarakan kemerdekaan dalam belajar.

Selain ilmu pengetahuan umum yang sesuai dengan kebutuhan jaman ini, tak kalah penting sebagai orang Indonesia, anak paham dan mengerti apa itu Pancasila, lalu guru di sekolah dan orangtua diluar sekolah mendorong implementasi butir-butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 

Nggak usah terlalu rumit pelajaran anak sekolah, nggak perlu full time pula mereka belajar disekolah. Beri waktu dan arahkan anak lebih berkesempatan melakukan sosialisasi dengan orangtua dan masyarakat di luar sekolah. 

Oh ya Pak Menteri, kabar terakhir tentang kasus perudungan siswi difabel di Purworejo. Saya apresiasi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang cepat turun tangan atasi masalah tersebut, namun saya tidak sepakat dengan pendapat pak Gubernur yang mendorong anak tersebut sekolah di SLB saja. Ini sama halnya semakin meminggirkan nasib anak dengan disabilitas di dunia pendidikan. 

JIka ide pak Ganjar teralisasi yaitu ingin siswi difabel korban perudungan di Purworejo mau pindah sekolah di SLB, dikhawatirkan diskriminasi terhadap anak dengan disabilitas dalam dunia pendidikan makin kokoh terstruktur sebab diamini oleh pemangku kebijakan dan tokoh masyarakat.

Yang seharusnya dilakukan adalah mendesak lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih inklusif atau ramah pada difabel serta memasukkan materi kesadaran disabilitas atau disability awarreness dalam kurikulum. 

Yuk pak Menteri, saatnya kita kembalikan fungsi sekolah pada hakikat pendidikan. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanahkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun