Mohon tunggu...
jaucaw
jaucaw Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

mas-mas pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ojo Dibanding-bandingke

10 Agustus 2023   10:18 Diperbarui: 10 Agustus 2023   10:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akui saja, narasi itu diungkapkan oleh orang-orang yang 'kalah' dari kompetisi keras lingkungannya.

Dalam muqtadhol hal yang baik, Islam menganjurkan kok untuk berkompetisi. Bahkan tertulis dalam kalam-Nya yang mulia. Fastabiqul khoiroot, berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Namun di sesi ini saya ingin berpihak pada yang kalah itu. Bahwa setiap kita mempunyai dimensi waktu masing-masing. Kita sepakati dulu, bahwa orang dicetak dan berproses dengan cara yang berbeda. Maka, kejam rasanya untuk dijustifikasi pada satu titik.

Prilly Latuconsina, salah satu aktris yang saya kagumi prosesnya bilang bahwa "setiap orang itu punya timeline-nya masing-masing. Misalnya kita achieve a, dan teman-teman kita achieve itu 3 tahun yang lalu, ya tidak perlu berkecil hati. Mungkin ya ini adalah saat kita."

Banyak factor yang menjadi latar belakang achievement. Gemblengan proses dan previlege adalah dua diantara banyak hal yang saat ini menjadi fokus saya tentang sebuah pencapaian.

Mari bersepakat bahwa semakin terjal jalan maka semakin kuat mentalitas seseorang. Saya suka sekali dengan quote yang kerap lewat di reels instagram saya, bahwa nahkoda terbaik tidak dilahirkan oleh gelombang arus yang tenang.

Banyak kok testimoninya. Orang-orang besar yang masyhur saat ini dibesarkan oleh dinamika yang tidak baik-baik saja. Bahwa orang besar itu dilahirkan dari jalan yang enak-enak saja, mungkin dia punya previlege.

Nah, masalah previlege ini memang tidak semua orang miliki. Bagi saya previlege itu karunia, sehingga jika anda mengeliminasi previlege terhadap sebuah pencapaian yang tidak anda didapatkan melalui berjuang keras, ya silahkan saja sih. Tapi harusnya bersyukur donk, sebab itu juga factor kuat untuk mencapai titik yang anda ingin dan tidak semua orang punya karunia seperti itu.

Seorang Kaesang Pangarep yang sekilas terkesan mengesampingkan posisinya sebagai anak orang nomor wahid di negeri ini saja masih mengakui kok kalau ia mendapatkan previlege dari bapaknya, sehingga beberapa kendala bisnisnya jadi lancar.

Bagi saya sederhana, previlege adalah pelicin kesempatan. Bentuknya bisa relasi, materi dan lain-lain, yang sebenarnya semua itu bisa dibangun sejak awal.

Makanya gini, anda nggak perlu pedulikan perbandingan dari orang lain kalau implikasinya negative, semisal menjadi kerdil, nggak PD, menyalahkan diri sendiri. Itu loh yang bikin progresifitas anda terhambat.

Boleh gunakan perbandingan itu, asal dampaknya adalah perkembangan. Misal, teman saya bisa beli mobil di usia 23, saya harus bisa membelinya di usia 22. Hal ini sekaligus akan membuka pandangan yang lebih luas tentang kesempatan apa saja yang bisa diambil dan melipatgandakan effort untuk mencapainya. Believe then do it, tidak ada yang tidak mungkin.

Tentang berlomba untuk kebaikan, memang harus senantiasa menjadi pegangan. Karena semua bisa melakukan hal baik. Lagian hal baik kan banyak ya. Jangan terfokus pada satu standar saja.

Kalau orang lain bisa memberi makan 1000 anak yatim, anda tidak harus sebegitunya kok. Sesuaikan saja dengan kemampuan anda, sambil pelan-pelan berdoa semoga bisa berbuat baik untuk banyak hal lagi.  

Alon-alon waton kelakon ya teman.

Bagi saya sendiri, perbandingan yang harus adalah antara saya yang sekarang dengan saya yang kemarin. Tenang saja, ini juga diajarkan kok dalam Islam. Pegangan saya sederhana kok, kalau saya bisa lebih baik dari kemarin (meskipun sedikit), maka saya telah naik level.

Temanku semua, kendalikan hal yang anda bisa kendalikan. Mulut orang lain itu ada diluar kendali kita. Jadi kalau anda dibandingkan dengan orang lain, jadikan suntikan motivasi saja, atau jika menyakiti ya biarkan saja. Anjing menggonggong kafilah berlalu, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun