Makanya gini, anda nggak perlu pedulikan perbandingan dari orang lain kalau implikasinya negative, semisal menjadi kerdil, nggak PD, menyalahkan diri sendiri. Itu loh yang bikin progresifitas anda terhambat.
Boleh gunakan perbandingan itu, asal dampaknya adalah perkembangan. Misal, teman saya bisa beli mobil di usia 23, saya harus bisa membelinya di usia 22. Hal ini sekaligus akan membuka pandangan yang lebih luas tentang kesempatan apa saja yang bisa diambil dan melipatgandakan effort untuk mencapainya. Believe then do it, tidak ada yang tidak mungkin.
Tentang berlomba untuk kebaikan, memang harus senantiasa menjadi pegangan. Karena semua bisa melakukan hal baik. Lagian hal baik kan banyak ya. Jangan terfokus pada satu standar saja.
Kalau orang lain bisa memberi makan 1000 anak yatim, anda tidak harus sebegitunya kok. Sesuaikan saja dengan kemampuan anda, sambil pelan-pelan berdoa semoga bisa berbuat baik untuk banyak hal lagi. Â
Alon-alon waton kelakon ya teman.
Bagi saya sendiri, perbandingan yang harus adalah antara saya yang sekarang dengan saya yang kemarin. Tenang saja, ini juga diajarkan kok dalam Islam. Pegangan saya sederhana kok, kalau saya bisa lebih baik dari kemarin (meskipun sedikit), maka saya telah naik level.
Temanku semua, kendalikan hal yang anda bisa kendalikan. Mulut orang lain itu ada diluar kendali kita. Jadi kalau anda dibandingkan dengan orang lain, jadikan suntikan motivasi saja, atau jika menyakiti ya biarkan saja. Anjing menggonggong kafilah berlalu, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H