Mohon tunggu...
Jatu Almamada
Jatu Almamada Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Tingkah Laku Manusia.

Menulis akan suatu permasalahan yang terjadi dilingkuan sekitar adalah suatu hal yang menarik, apa lagi berbicara terkait manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum Mereka Mungkin Senyum Kita Juga

26 Januari 2024   07:30 Diperbarui: 26 Januari 2024   07:33 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah beberapa hal yang akan aku ceritakan kali ini bakal dirasakan oleh sebagian orang saja ataukah bahkan banyak orang. Namun pengalaman yang bakal aku bawakan saat ini, semoga dan semoga saja banyak memberikan sedikit secercah cahaya bagi banyak orang.

Bermula dari pekerjaan aku yang hanya sekedar seorang freelancer biasa, dengan penghasilan yang tak bisa diharapkan. Emm,,, yaa mungkin banyak orang berekspektasi bahwasanya seorang freelancer tentunya memiliki penghasilan yang menakjubkan dengan nominal-nominal fantastisnya . Tapi itu tidak dengan saya haha,, freelancer newbie (pemula) dengan penghasilan serba mepet, mesti mengais pekerjaan-pekerjaan tambahan yang tentunya menguras tenaga dan pikiran.

Membahas mengenai pengalaman itulah cerita ini aku dapatkan dan aku rasakan. Dimulai dari salah satu pekerjaanku yang bisa dikatakan pekerjaan sambilanku hingga saat ini, pengajar. Yupss pengajar disalah satu tempat pendidikan teman-teman SMK yang sedang melakukan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) dengan konsentrasi perfilman serta broadcasting. Banyak orang mungkin melihat teman-teman riang gembira, tertawa haha hihi, dan lain sebagainya. Namun hal itu bakal hilang ketika kita bersentuhan langsung dengan tiap siswa one by one. Mungkin Anda akan merasakan apa yang aku rasakan ketika itu. Dengan proses pendewasaan mereka, latar belakang keluarga atau masa lalu yang menyayat hati hingga bagaimana perekonomian mereka.

Suatu ketika saya mencari makan siang disalah satu tempat yang biasa teman-teman program Praktik Kerja Lapangan (PKL) mencari makan. Ditempat itulah yang sangat membuatku cukup kaget dan geleng-geleng kepala tanpa bisa mengucap sepatah kata pun. Bukan masalah tempat, lauk yang mereka makan atau apa terkait tempat itu. Melainkan aku menemukan ada salah satu bagian dari dinding tempat atau warung makan yang ada di tempat itu yang banyak dari muridku selalu ke dinding itu. Awal mula hanya satu pertanyaan yang muncul dalam benakku, apa itu?. Tapi saat itu besar egoku cukup meruntuhkan pertanyaan yang muncul dalam benak.

Sepulang dari tempat itu pertanyaan itu datang kembali. Bahkan pertanyaan -- pertanyaan lainnya pun mulai memenuhi pikiranku untuk menanyakan apa yang ada di dinding itu. Kucoba pertanyaan - pertanyaan itu aku lemparkan ke satu dua siswaku yang masih mengikuti program Praktik Kerja Lapangan. Namun sayang, mereka hanya menjawab dengan ke tidak seriusan, bahkan bisa dibilang tidak menjawab apa yang aku tanyakan mengenai hal itu. Dengan hasil yang seperti itu tentunya Rasa penasaran pun tergugah dan semakin menjadi dalam hatiku untuk mencari tahu.

Selang beberapa hari aku pun datang ke tempat makan itu kembali. Dengan tujuan yang utama yaitu makan siang serta tentunya mencari tahu apa yang ada di sisi dinding tersebut. Mungkin karna aku merupakan orang yang jarang ke tempat itu, tentunya tak mungkin langsung melihat di dinding itu. Sebab dinding itu dekat sekali dengan tempat dimana ibu pemilik warung makan itu memasak. Pelan perlahan sambil mengamati kondisi sedikit sepi aku pun mencoba mendekati untuk menengok dinding itu.

Awal pertama kali aku lihat apa yang ada di dinding itu tidaklah membuat aku kaget ataupun terkejut. Hanya sebuah dinding yang penuh dengan coretan -- coretan tanpa arti dan selembar kertas yang penuh tulisan serta garis tertempel di dindingnya. Aku coba untuk lebih mendekat ke dinding itu untuk memastikan kembali apa yang membuat siswa siswi aku selalu mendekati setelah selesai makan. Tak disangka ternyata kertas yang tertempel di dinding itu bukanlah sekedar selembar kertas

hvs yang bertuliskan tulisan -- tulisan dengan coretan -- coretan tak bermakna. Melainkan sebuah catatan kas bon tiap siswa siswi yang makan ditempat itu.

Catatan kas bon, tidak mengherankan jikalau catatan itu hanya terisi oleh satu atau dua orang dari siswaku saja. Melainkan lebih dari itu, itu pun masih mending jikalau catatan berapa banyak kas bon tiap siswa yang tercatat itu hanya kisaran belasan atau hingga puluhan ribu. Yaa seperti dugaan kalian, lebih dari puluhan.

Ok,, setelah mengetahui hal itu aku pun mencoba untuk mendekati beberapa siswaku untuk ngobrol -- ngobrol santai di waktu senggang. Obrolan itu pun aku buka dengan pertanyaan "sejauh kalian magang, apa sih kendala yang dihadapi?". Satu pertanyaan yang cukup bisa memantik mereka untuk bercerita lebih. Tentunya jawaban -- jawaban mereka tak jauh dari perkiraan aku. Masalah teknis dalam program praktik kerja lapangan dan tentunya bagaimana mereka menjalani kehidupan dengan latar belakang keluarga dan ekonomi yang beraneka ragam.

Latar belakang keluarga serta ekonomi, dua hal yang cukup membuat hatiku tersayat. Kenapa,, ternyata dibalik senyuman, tertawa bahkan bercanda mereka setiap harinya, ada pula sisi lain yang mereka harus tanggung. Mungkin saja kebahagiaan mereka saat itu adalah salah satu upaya yang mereka salurkan untuk melupakan sejenak masalah -- masalah yang membebani mereka. Seperti halnya masalah keluarga serta ekonominya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun