Mohon tunggu...
Jatmika AjiSantika
Jatmika AjiSantika Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis

Serius banget orangnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Historiografi Islam Modern

12 Juli 2023   16:05 Diperbarui: 12 Juli 2023   18:01 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al Tahtawi terlahir di keluarga yang religius dan terpelajar, dia menempuh pendidikan di al-Azhar, gurunya Shaykh Hasan al-Attar (1766-1835) banyak mempengaruhi pikirannya, al-Tahtawi kemudian pergi ke Paris untuk studi. Dia kemudian mempelajari bahasa, budaya, literatur Prancis dan memulai membandingkan ide barunya dengan gagasan Islam. Dia memperoleh pengetahuan tentang Mesir Kuno di bawah pengawasan Ilmuwan Prancis seperti Edme Frrancois Jomard(1777-1862), Silvestre de Sacy (1755-1838) dan Cauussin de Perceval ( 1759-1835). 

Corak penulisan berkembang yang pada awalnya hanya seputar aktivitas politik sekitar istana (pergantian raja) menjadi diperluas hingga pembahasan daerah Arab pra-Islam. Al-Tahtawi menulis sejarah dengan semangat, harga diri bangsa Mesir dan sebuah tulisan bernada patriotik ‘Mesir ibu dari dunia’. Tahtawi merupakan orang Mesir yang pertama kali menulis sejarah Mesir kuno. Meskipun pekerjaannya merupakan kumpulan dari sumber Eropa dan Arab tetapi karyanya menuangkan ide orisinilnya dan juga memberikan asumsi teoritis, konsepsi sejarah sebagai suatu disiplin ilmu dan yang paling penting buku ini sangat berkontribusi pada historiografi Arab Modern.  al-Tahtawi juga banyak menjelaskan konsep sejarah, memperbarui metode sejarah & kegunaan sejarah secara umum.

Dia mulai dengan menekankan pada kemampuan natural seorang laki-laki dalam bersosial dan wataknya berkenaan dengan peradaban. Seorang laki-laki menurutnya dipaksa untuk hidup dalam keadaan politik dibawah sebuah pemerintahan.

Selanjutnya, dia menjelaskan tentang kegunaan sejarah. Kegunaan sejarah menurutnya adalah untuk memelihara suatu hal agar terhindar dari kemusnahan. Peristiwa masa lalu, jika tidak dilihat melalui kacamata sejarah hanya akan menjadi debu yang terbawa oleh angin. Manfaat sejarah ditujukan untuk para elite dan orang-orang biasa. Sejarah dan kisah-kisahnya berisikan nasihat atau pelajar bagi setiap orang, baik itu presiden, perdana menteri, wakil rakyat, ataupun masyarakat biasa. Selain itu orang yang mempelajari sejarah menurutnya akan mendapat skill baru dan akan memperluas wawasan dengan mengetahui informasi tentang keadaan di masa lalu. Berkaitan dengan metode, Tahtawi menggunakan sumber Arab & Eropa. Dia kemudian membandingkan sumber-sumber tersebut, memberikan penilaian terhadap informasi yang kontradiksi mengenai satu peristiwa dan menghasilkan sintesa yang memuaskan.

Penulisan sejarah Mesir muncul sebagai konsep baru yaitu sebuah daerah geografis tempat silih bergantinya kekuasaan : Firaun dengan kekuatan militernya yang mendominasi daerah tetangganya, kedatangan Alexander the Great dan penggantinya Ptolomeus, Romawi, kedatangan penakluk Muslim yang membuat Mesir kuat dan sejahtera dibanding dengan kerajaan lainnya dan seterusnya.

Al-Tahtawi membuat konsep baru lainnya yaitu periodisasi sejarah, dia membagi periodisasi sejarah mejadi dua yaitu sakral dan manusia. Sejarah yang bersifat sakral adalah sejarah yang menceritakan kisah orang-orang saleh yang terdapat di dalam kitab suci. Sedangkan sejarah manusia dia bagi menjadi 2 periode yaitu  kuno dan modern. Subjek penulisannya adalah manusia di masa kuno hingga masa modern. Dia banyak menjelaskan tentang kerajaan ang pernah ada di Mesir, Afrika Utara, Babilonia, Persia, India dan Yunani.  Lebih lanjut lagi dia membagi sejarah Mesir (negaranya sendiri) menjadi tiga bagian yaitu : masa kebodohan (jahiliyah), Kristen, kedatangan Islam hingga masa modern.

Al-Tahtawi mengkhususkan sebuah serial untuk menulis sejarah Nabi. Dengan merujuk pada sumber Sirah Nabawiyah dari Ibn Ishaq ( 767 Masehi) dan resensi Sirah Ibn Ishaq oleh Ibn Hisyam (834 Masehi). Dia menuliskan kisah hidup nabi Muhammad, anggota keluarganya, istrinya, para sahabatnya, para pembantunya, dan siapapun yang pernah berinteraksi dengan beliau. Al-tahtawi kemudian menjelaskan persoalan politik, militer, sosial dan institusi ekonomi yang dibangun oleh Nabi untuk kesejahteraan komunitas Muslim secara detail.

Studi & penulisan sejarah menjadi bagian integral dari kebangkitan Mesir. Sejarah tidak lagi hanyamenjadi pembicaraan di kelas-kelas tetapi kemudian objek studi keilmuan. Masyarakat mulai tertarik untuk membaca & menulis sejarah. Seorang Pasha yang mendukung gerakan intelektual ini, rasa ingin tahunya tentang kerajaan-kerajaan sebelumnya yang pernah ada di Mesir. Dengan mengetahui hal itu, menurutnya kita tidak hanya bisa mempelajari peristiwa masa lampau tapi kita juga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. 

Al-Tahtawi sempat diasingkan ke Sudan di masa pemerintahan pemerintahan Abbas (1849-1854). Kemudian dia kembali ke Mesir di masa pemerintahan Sa’id (1854-1863), di masa ini beliau menganalisa karya  Muqaddima Ibnu Khaldun (1857) dan literatur Arab klasik lainnya.  Al-Tahtawi penulis periode ini terbilang sebagai pionir dalam penulisan sejarah modern di kawasan Islam, munculnya penulis di masa ini menandai berkembangnya penulisan historiografi professional di kawasan ini.

Al-Jabarti

Beliau merupakan sesorang ilmuwan yang religius, tidak kalah pentingnya dia merupakan seseorang yang menjadi saksi atas dua peristiwa besar yaitu invasi dan pendudukan Napoleon ke Mesir  selama 1798-1801, serta kebangkitan  penguasa Ottoman di Mesir yang bernama Muhammad Ali (1805-1848). Karya besar beliau yaitu Aja’ib al-athar fi al-tarajim wa al-akhbar merupakan sebuah karya yang terdiri dari 4 volume yang banyak menceritakan peristiwa sejarah Mesir dan biografi tokoh-tokoh besarnya dalam rentan waktu 1688-1821, karyanya ini menggambarkan dua tradisi historiografi Islam tradisional dan lahirnya sekolah cendekiawan Arab. Dua judul lainnya menjelaskan tentang pendudukan Prancis di Mesir. Dua karya ini berjudul Muzhir al-taqdis bi dhahab Dawlat al-faransis dan Tarikh muddat al-faransis. Di ketiga karyanya, Al- Jabarti berfokus pada sejarah Mesir, setiap peristiwanya disesuaikan dengan kalender Islam. Berbeda dengan karya sejarawan Muslim lainnya yang banyak mengutip peristiwa sejarah dari sumber yang sudah tertera meskipun banyak memiliki kontradiksi tentang penceritaan suatu peristiwa, Al-Jabarti melakukan penilaian terhadap referensi yang dirujuk, menyatakan kecendrungan penulisannya yang berorientasi pada kepentingan negaranya (bercorak nasionalis). Dia juga menulis karyanya dalam bentuk kombinasi biografi dan kronikel (khabar). Kelebihan dari karya al-Jabarti yaitu dapat memberikan potret utuh masyarakat Mesir dan menjelaskan peristiwa sejarah Mesir secara tematis. Penjelasan sejarah yang dilakukan oleh Al-Jabarti jauh dari kepentingan politik dan fokus penulisan sejarahnya adalah sejarah dan biografi kalangan ulama dan penguasa Dinasti Mamluk 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun