Gelar lengkap Rake Panangkaran sebagai raja tidak dikenal di Semenanjung Melayu-Thailand, akan tetapi harus diingat bahwa para raja seringkali memasukkan gelar negara yang ditaklukan di bawah gelar resmi yang disandangnya. Sebagai contoh adalah Kaisar Nicholas II dari Rusia, saat yang sama ketika berada di Polandia dia akan menyebut dirinya sebagai " Raja Polandia", dan di Finlandia dia akan menyebut sebagai "Grand Duke of Finland". Demikian pula dengan Rake Panangkaran yang setelah berhasil menaklukan Sriwijaya dan sebagian wilayah Semenanjung Melayu-Thailand yang tetap mempertahankan gelar "Raja Sriwijaya" di daerah tersebut.
Munculnya anggota wangsa Sailendra (Rake Panangkaran) di prasasti Ligor ini dalam rangka kegiatan keagamaan, bukan perang. Meskipun demikian aktivitas militer yang menunjukkan politik ekspansif penguasa dari Jawa (Sailendra/Rake Panangkaran) tampak di Teluk Tonkin di paroh kedua abad ke-8 M. Persekutuan  Shepo (Jawa) dan Kunlun (Melayu?), berdasarkan catatan sejarah Vietnam telah menyerbu wilayah di daerah Tonkin pada 767 M. Prasasti Yang Tikuh di Champa juga menceritakan adanya penyerangan oleh pasukan yang datang dengan kapal dari Jawa pada tahun 774 M dan 787 M.
Podjok pawon, Desember 2020
Sumber bacaan:
- Coedes, G., 1989. "Kerajaan Sriwijaya", dalam Kedatuan Sriwijaya: Penelitian Tentang Sriwijaya (Seri Terjemahan Arkeologi No. 2). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Kusen. 1994. "Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya sampai Balitung, Sebuah Rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III". Berkala Arkeologi. Tahun XIV--Edisi Khusus.
- Zakharov, Anton O., 2012. Â The Sailendras Reconsidered, Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper No 12 (Aug 2012).
- Prasasti Kelurak, Wikipedia
- Prasasti Ligor, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H