Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puber Kedua yang Berlalu Begitu Saja

23 Desember 2020   19:15 Diperbarui: 23 Desember 2020   19:25 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kira-kira sebulan yang lalu penulis menerima pesan di messenger seperti ini. "Selamat pagi pak Jati, saya senang sekali membaca postingan bapak di grup XYZ. Perkenalkan saya Anu, pak.. mahasiswi ITU. apakah saya boleh meminta wa njenengan nggih? Saya ingin berdiskusi dgn njenengan terkait dgn Mataram Kuna lebih dalam lagi, terimakasih."

Selesai membaca pesan tersebut,  penulis tertawa terbahak-bahak sampai isteri dan anak-anak heran. Baru setelah ikut membaca pesan yang masuk itu mereka berdua jadi paham kenapa penulis tertawa.

Reaksi spontan mereka berdua setelah tahu jika yang mengirim pesan itu adalah seorang mahasiswi, sudah dapat diterka. Isteri merasa tak suka, begitu juga anak-anak ini dengan adanya pesan dari seorang wanita, apalagi wanita muda dengan status seorang mahasiswi, lajang lagi dalam bio-nya, yang ditujukan kepada penulis.

Untuk membuat situasi yang tak mengenakkan di dalam keluarga, penulis menunjukkan apa jawaban penulis kepada mahasiswi tersebut. 

Jawaban penulis itu seperti ini, "...Aduh, maaf jangan mbak. Saya bukan orang sejarah apalagi arkeologi. Saya cuma suka nulis saja dg ambil bahan di internet. Satu biji buku sejarah pun saya tak punya mbak. Saran saya mbak bisa belajar ke yg benar2 ngerti sejarah seperti mas NZ atau malah ke mas GAS yg ngerti epigrafi."

Penolakan halus seperti itu tampaknya tak menyurutkan keinginannya, dijawabnya pesan itu dengan kalimat, "...tp saya suka dgn tulisan bapak."

Akhirnya penulis mengambil keputusan dengan menjawab, "Ya monggo, tapi saya bisanya diskusi di kolom komentar pas kalo saya nulis . Kalo di hp nggak bisa, soale ini hp ibunya anak2 dan juga buat kerja ngurusi order snack jajan pasar."

Nah, begitu tahu bahwa penulis dan isteri itu menggunakan satu handphone buat berdua, akhirnya si mbak mahasiswi itu tak lagi menghubungi penulis.

Sudah dua puluh tahun lebih penulis membina rumah tangga, tak pernah ada persoalan yang menyangkut soal wanita dan sebaliknya juga menyangkut soal lelaki yang membuat penulis bertengkar dengan isteri. Baru sekali ini penulis menerima sikap yang tak mengenakkan dari isteri gara-gara ada pesan dari seorang perempuan di messenger.

Selama mengarungi kehidupan berumah tangga, penulis sama sekali tak merasakan adanya sebuah fenomena yang dikenal dengan nama puber kedua. Apalagi jika masalah puber kedua itu dikaitkan dengan adanya hasrat untuk berselingkuh. Sama sekali tak ada. Bahkan dapat dikatakan bahwa masa puber kedua penulis itu berlalu begitu saja.

Perasaan mengagumi perempuan yang cantik dan seksi itu wajar saja bagi seorang lelaki normal seperti penulis. Banyak perempuan yang jauh lebih cantik dan seksi dibanding isteri sendiri. Adalah bohong jika mengatakan bahwa isteriku adalah perempuan tercantik di dunia. Memangnya kedua mata sudah katarak dan tak mampu melihat?

Tidak adanya hasrat untuk selingkuh bukan berarti penulis adalah seorang tidak tertarik dengan keindahan seorang perempuan selain isteri sendiri, tetapi lebih karena tak membiarkan pikiran-pikiran tentang selingkuh itu muncul. Kesibukan dalam bekerja, mengasuh dan mengurus sekolah anak membuat pikiran-pikiran negatif seperti itu tak menghampiri otak penulis.

Apapun itu persoalan rumah tangga yang muncul, kami berdua tak pernah mengekspose-nya keluar dan tak ada curhat-curhatan segala kepada orang lain. Hal baik dan buruk yang ada diantara kami berdua hanya kami berdua yang tahu. Orang lain tak perlu tahu. Itu pedoman kami berdua sebagai suami isteri. Urusan rumah tangga adalah hal yang privasi, bukan untuk diceritakan kepada orang lain.

dokpri
dokpri
Selain itu, ada sebuah kebiasaan yang penulis lakukan bersama isteri, yang ini memang sudah sejak sebelum menikah, yaitu pergi berdua naik motor keliling kota atau pergi kemana saja saat kami berdua ada waktu longgar atau libur tak ada pekerjaan. Adanya kebersamaan di sela-sela waktu yang longgar membuat kualitas hubungan antara suami isteri tetap terpelihara. Hal ini sering dijadikan bahan candaan oleh anak-anak kalau bapak dan ibunya pergi berpacaran seperti ABG saja.

Puber kedua memang telah berlalu, baik penulis maupun isteri tak ada yang mengalaminya. Tak ada rasa saling curiga, tak ada cerita dan gosip miring apalagi soal orang ketiga di dalam rumah tangga kami. Itu semua patut kami syukuri.

podjok pawon, Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun