Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Siluman Kucing Condromowo

11 November 2020   08:19 Diperbarui: 11 November 2020   09:01 2626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di rumah Mbah Warno yang kebetulan pada saat itu tidak sedang menerima tamu, segera Mintarsih yang sudah terlebih dahulu mengenal Mbah Warno menyampaikan maksud kedatangannya ke tempat itu bersama Wuryani.

"Hmmm, menurut hasil penerawanganku, nak Wuryani sekeluarga ini sudah dikirimi guna-guna yang ujudnya berupa seekor kucing hitam mulus dengan mata merah menyala yang  dikenal dengan nama siluman kucing Condromowo," ujar Mbah Warno setelah memandang foto keluarga Wuryani yang diletakkan di atas meja yang ada di depannya.

Menurut Mbah Warno  hewan siluman itu sudah tinggal di dalam rumah Wuryani dan kedatangannya itu membuat suasana  di dalam rumah yang semula damai penuh ketentraman kemudian berubah memanas menjadi muncul percekcokan-percekcokan yang  nanti akan membuat rumah tangganya menjadi berantakan yang nanti pada akhirnya  akan meminta tumbal korban nyawa dari salah satu penghuni rumah sebagaimana perjanjian yang sudah disepakati oleh si dukun yang menjadi perantara, siluman kucing Condromowo dan orang menggunakan jasanya.

"Siluman kucing Condromowo ini selalu meminta tumbal nyawa manusia, dan entah siapa penghuni rumahmu yang dituju sebagai tumbalnya, belum bisa diketahui," imbuh Mbah Warno.

Mendengar apa yang dituturkan Mbah Warno, Wuryani jadi teringat akan sebuah peritiwa yang aneh yang pernah dialaminya. Diceritakanlah pengalaman anehnya itu kepada Mbah Warno jika pada suatu malam, sebelum Purnomo suaminya berubah tabiatnya seperti itu, tiada angin tiada hujan ada suara gemelegar seperti suara petir yang meledak tepat di atas genteng rumahnya.

Saat itu hanya Wuryani sendiri yang terbangun mendengar suara itu. Suami, anak-anaknya dan Mbok Darmi, semuanya tertidur pulas. Tiba-tiba dari jendela yang terbuka disamping rumah  ada seekor kucing hitam yang besar dengan matanya merah mencorong meloncat masuk ke dalam rumah.  Anehnya begitu masuk rumah, kucing itu menghilang begitu saja.  

Menurut Wuryani, semenjak kejadian itu sikap dan perangai suaminya berubah, dan dari hari ke hari menjadi semakin emosional sikapnya dan hal itu menyakitkan bagi dirinya maupun anak-anaknya.

Mendengar cerita Wuryani yang seperti itu Mbah Warno hanya manggut-manggut. Setelah berdehem, Mbah Warno lalu diam sejenak dan berkonsentrasi. Tak lama kemudian dengan  menghela napas yang panjang, Mbah Warno lalu  membuka bungkusan daun yang berisi kembang telon dan memasukan bunga-bunga itu ke dalam baskom yang berisi air yang sudah disediakan diatas meja.

Mbah Warno lalu mengambil tiga batang hio dan membakarnya untuk kemudian ditancapkan ke dalam sebuah gelas yang berisi beras. Sejenak berikutnya, matanya terpejam dan mulutnya mulai komat-kamit membaca mantra yang tak dimengerti oleh Wuryani dan Mintarsih.

Suasana hening di ruangan itu yang ditimpali suara pembacaan mantra oleh Mbah Warno dan aroma hio yang memenuhi ruangan itu membuat suasana magis di sore hari itu semakin terasa kuat. Pelan-pelan, air yang berada dalam baskom yang berisi kembang telon itu mulai bergerak dan membuat putaran seperti pusaran yang makin lama makin cepat gerakannya.

Tak lama kemudian muncul suara kucing yang meang-meong, semula suaranya pelan namun lama kelamaan mengeras dan menjadi geraman yang membuat seorang pemberani macam Mintarsih  itupun ketakutan dan duduknya semakin mepet ke Wuryani yang juga tak kalah takutnya. Keringat dingin dan degup jantung yang keras membuat kedua perempuan itu lemas seperti dilolosi tulang-belulangnya, dan hanya bisa diam dengan mata yang tertuju  ke arah baskom yang airnya semakin lama semakin kencang pusarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun