Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Dicintai Gendruwo

9 November 2020   16:49 Diperbarui: 9 November 2020   17:05 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wartabromo.com/

Dengan perasaan heran dan sedikit bercampur rasa takut dihampirinya dan dibukanya "berkat" yang baru saja dibawa Murdopo suaminya yang hanya diletakkan begitu saja di meja ruang tamu.. Ternyata isinya sama persis dengan apa yang tadi dibawa "Murdopo suaminya". Nasi gurih yang masih hangat, ayam goreng plus sambal trasi, lalapan dan krupuk udang serta pisang. Taplak kain yang untuk membungkus "berkat" pun sama persis baik corak maupun warnanya.

Sementara itu "berkat yang tadi dibawa oleh "Murdopo" yang datang lebih awal sudah tak ada di meja makan. Hilang bebarengan dengan menghilangnya "Murdopo" yang tadi bercinta dengan begitu hebatnya dengan dirinya.

Terhadap peristiwa yang baru saja dialaminya itu, Riswani tak berani  menceritakannya kepada Murdopo. Hal ini dilakukannya agar tidak muncul persoalan yang baru di dalam rumah tangganya yang sudah terbina selama belasan tahun.

Diam-diam, keesokan harinya Riswani pergi ke daerah Piyungan untuk menemui Mbah Karto, seorang dukun yang cukup kondang seantero wilayah timur Yogya. Mbah Karto ini bukan orang asing baginya karena "orang tua" itu masih terhitung kerabat dekat dengan almarhum ayah Riswani.

"Nduk, lelaki yang mengajak dirimu bercinta tadi malam itu jelas merupakan Gendruwo, mahluk halus yang menyukai dirimu lalu menyamar sebagai suamimu,"ucap Mbah Karto ketikan Riswani menanyakan tentang siapa lelaki yang mengajaknya bercinta semalam dan menghilang begitu saja saat suaminya pulang dari kenduri.

"Gendruwo itu rumahnya di pohon sawo yang ada di sebelah kiri bangunan induk rumamu, dan supaya dia tak mengganggu lagi, ditegor saja pohon itu sampai ke akar-akarnya biar Gendruwo itu pergi dari sana,"ucap Mbah Karto menjawab pertanyaan Riswani tentang bagaimana cara mengusir Gendruwo itu dari lingkungan tempat tinggalnya.

"Nanti aku yang mengurusnya dari sini,"ujar Mbah Karto meyakinkan Riswani yang kemudian berpamitan untuk kembali ke pasar dan berjualan seperti biasanya.

Sore harinya ketika Murdopo sudah pulang dari bekerja, Riswani lalu mengutarakan maksudnya dan meminta kepada suaminya agar pohon sawo yang berada di sebelah kiri rumah induk itu ditebang saja supaya rumahnya tampak lebih bersih dan terang. Soal pertemuannya dengan Mbah Karto tak diceritakan sama sekali.

Keesokan harinya, pohon sawo yang berada di kiri bangunan induk itu benar-benar ditebang oleh Murdopo. Sebelum tengah hari tempat itu sudah bersih dan terang dengan tidak adanya pohon sawo. Kayu yang besar-besar itu  sudah diborong bakul kayu untuk dijadikan meubel,  dan yang kecil-kecil dijadikan kayu bakar.

Semenjak ditebangnya pohon sawo itu, Gendruwo penghuni pohon itu benar-benar sudah pergi entah kemana dan Riswani merasa aman untuk tinggal di rumah itu. Hanya Riswani dan Mbah Karto saja yang mengetahui persoalan menghilangnya Gendruwo itu.

Rumah tangga Murdopo dan Riswani tetap terjaga dan langgeng sampai keduanya meninggalkan dunia fana ini. Murdopo sama sekali tak pernah menyangka jika Riswani isterinya itu pernah disukai dan ditiduri oleh Gendruwo penghuni pohon sawo yang menyamar sebagai dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun