Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Mataram Kuno di Jawa

24 Juli 2020   15:02 Diperbarui: 26 Juli 2020   09:55 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Mataram Kuno adalah sebuah kerajaan Hindu yang muncul di Jawa Tengah pada abad ke VIII. Nama kerajaan ini adalah "Mataram", namun sengaja ditambahi dengan kata "kuno" dibelakangnya. 

Hal ini dimaksudkan untuk membedakan nama kerajaan ini dengan nama Kerajaan Mataram yang bercorak Islam yang berdiri di Kotagede Yogyakarta pada abad ke XVI.

Keberadaan Mataram Kuno ini terkuak berkat ditemukannya prasasti Canggal (Gunung Wukir) yang berasal dari tahun 732 M (654 Saka). Sebuah prasasti yang beraksara Pallawa Akhir dan berbahasa Sanskerta. Prasasti Canggal ini adalah bukti prasasti yang tertua yang pernah ditemukanyang yang disertai dengan tahun pembuatannya meski masih dalam bentuk candra sengkala.

Isi prasasti Canggal ini adalah tentang puja-puji terhadap para dewa, terutama Dewa Siwa. Selain itu juga berisi tentang pendahulu raja Sanjaya yang bernama Sanna. Ketika raja Sanna ini meninggal maka penerusnya adalah adalah Sanjaya, putra Sannaha saudara perempuan Sanna.

Berdasarkan prasasti Canggal dan didukung dengan ditemukannya prasasti Mantyasih, Sanjaya dianggap sebagai pendiri kerajaan Mataram Kuno. Prasasti Mantyasih (907 M) yang dibuat pada masa Raja Balitung berkuasa yang sudah beraksara dan berbahasa Jawa Kuno ini menyebutkan ".... ri mdang ri poh pitu rakai mataram sang ratu sajaya" yang dapat diartikan  Sang Ratu Sanjaya penguasa daerah Mataram di Medang di Poh Pitu.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Berdasarkan pada Prasasti Mantyasih ini akhirnya diketahui bahwa pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, Ibukota kerajaannya berada di Poh Pitu. Namun setelah pergantian pemegang kekuasaan selama beberapa periode berikutnya, ibukota kerajaan dipindah ke Mamratipura. 

Hal ini dapat diketahui berkat ditemukannya prasasti Siwagrha (856 M) yang beraksara dan berhuruf Jawa Kuno yang dibuat pada masa pemerintatahan Raja Rakai Kayuwangi

Sayangnya baik lokasi Poh Pitu maupun lokasi Mamratipura ini tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan lokasinya masih berada disekitar poros Kedu-Prambanan atau di sekitar lereng gunung Merapi Sebelah Barat dan Selatan dimana disana banyak ditemukan bangunan-bangunan peninggalan dari kerajaan ini.

Berdasarkan prasasti Mantyasih (907 M) yang dibuat oleh Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, terhitung sejak Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya sudah ada sebanyak delapan orang penguasa kerajaan Mataram Kuno yang berkuasa sebelum dirinya lengkap dengan masa pemerintahannya. 

Namun selanjutnya dikoreksi dan dilengkapi tentang penguasa Mataram Kuno sebelumnya ini menjadi dua belas orang, sebagaimana yang tertulis dalam prasasti Wanua Tengah III (908 M).

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Dengan dituliskannya silsilah para penguasa Mataram Kuno yang lengkap dengan masa pemerintahannya itu bukan berarti setelah Raja Balitung tidak ada lagi penguasa di Mataram Kuno. Masih ada beberapa penguasa Mataram Kuno yang memerintah di sana dan meninggalkan prasasti-prasasti yang menunjukkan keberadaannya sebelum sampai pada masa Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaannya ke Medang Jawa Timur.

Prasasti Turyyan (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)
Prasasti Turyyan (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)
Berdasarkan tulisan yang terdapat dalam prasasti Turyyan (929 M), Mpu Sindok memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur dan membangun ibukotannya di Tamwlang, yang sekarang diidentifikasikan sebagai desa Tembelang di daerah Jombang Jawa Timur. 

Kemudian berpindah lagi ke Watugaluh. Selain itu Mpu Sindok juga membangun wangsa sendiri yang bernama Wangsa Isana. Alasan pemindahan ini kemungkinan besar untuk menghindarkan diri dari ancaman kekuatan kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Anjuk Ladang (https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Anjuk_Ladang)
Prasasti Anjuk Ladang (https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Anjuk_Ladang)
Walaupun sudah menjadi raja dan sudah membangun wangsa sendiri, Mpu Sindok masih menganggap bahwa dirinya adalah penerus dari kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah,  seperti yang terdapat dalam prasasti Anjuk Ladang  yang menyebutkan "...kita prasiddha mangraksa kadatuan rahyangta i mdang i bhumi mataram..." yang artinya adalah engkau yang mulia yang melindungi leluhurmu di Medang di bumi Mataram.

Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur berakhir ketika terjadi peristiwa yang disebut dengan "Pralaya Medang " dimana kerajaan Mataram Medang di jaman raja Dharmawangsa Teguh diserang dan dihancurkan oleh haji (raja bawahan) Wurawari (raja Lwaram (sekarang desa Ngloram, Cepu, Blora) yang didukung balatentara dari Sriwijaya. Dengan berakhirnya pemerintahan Dharmawangsa Teguh pada 1017 M, berakhir pula sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno.

Sumber bacaan:

Kerajaan_Mataram_Kuno  

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Prasasti_Canggal  

Prasasti_Mantyasih  

Prasasti_Wanua_Tengah_III 

https://historia.id/

Medang  

Medang  

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Prasasti_Anjuk_Ladang  

podjokpawon_sejarah_nusantara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun