Pesugihan dengan laku seks, begitu yang ada dibenak tiap orang yang mengenal kisah pesugihan Gunung Kemukus tempo dulu. Hal ini diperkuat dengan cerita-cerita oleh mereka yang mengaku ketika berjalan, di malam hari pas Jumat Pon, kakinya melanggar (nyampar) orang yang sedang asyik 'nganu' di alam terbuka.
Hubungan seks ini bukan sembarang hubungan seks, namun hubungan seks dengan orang yang sama selama tujuh kali malam Jumat Pon. Ceritanya sih kudu seperti itu sebagai syarat agar bisa kaya secara gaib.
Soal yang urusannya dengan yang kekayaan dari yang gaib-gaib itu tak menarik untuk dikisahkan, lebih menarik adalah mencari tahu, benarkah ada peziarah di Gunung Kemukus yang melakukan hubungan seks di alam terbuka, sebagaimana berita yang sudah tersebar luas kala itu.
Baca juga :Janda Kembang Kemukus
Didorong rasa ingin tahu dan juga keisengan sebagai anak muda, saya pernah mencoba untuk menelusurinya. Dan kebetulan pula ada sebuah kelas mahasiswa dengan dosennya yang akan mengadakan wisata religi ke Kemukus. Saya bersama si cantik yang kulit lengannya halus mendaftar ikut.
Singkat cerita, akhirnya sampai juga kami di Gunung Kemukus. Tak tanggung-tanggung, semua prosesi acaranya dari mulai menghadap juru kunci sampai mandi di sendang Ontrowulan saya ikuti.Â
Baca juga :Menguak Mitos dan Fakta Munculnya Lintang Kemukus
Dengan berjalan mengendap-endap di rimbunnya ilalang dan pepohonan, dibantu dengan membentangkan jaket agar menutupi bagian atas tubun kami berdua, mulaiah acara mengintip itu. Kami berdua berjalan terus hingga sampai pinggir waduk Kedung Ombo. Cukup melelahkan juga.
Boro-boro nyampar orang yang 'lagi begituan', mendengar suara yang 'bekah bekuh' pun tak ada, apalagi sampai bisa ngintip melihatnya. Yang ada hanya suara nafas kami berdua yang ngos-ngosan karena kecapekan jalan kesana kemari, hehehe.
Selain nafas ngos-ngosan saya juga merasa tegang, tegang kuadrat karena yang namanya mengintip itu kan memacu adrenalin, apalagi ini adalah acara mengintip orang yang lagi 'iwik-iwik'.Â
Masih juga ditambahi dengan tubuh yang empet-empetan dengan si cantik dibawah jaket yang kami gunakan untuk menutupi bagian atas kepala. Untung saja kami berdua tak khilaf, padahal saya penginnya khilaf, sampai-sampai berdoa pada Tuhan agar kami dikhilafkan segala, hahahahaaaa.
Baca juga : Kepercayaan Masyarakat Jawa terhadap Kemunculan Lintang Kemukus dengan Datangnya Pageblug
Meski kami tak menemukan orang yang berhubungan seks di alam terbuka, namun saat kami istirahat, kami berjumpa dengan dua orang peziarah, laki dan perempuan, yang mengaku jika mereka adalah peziarah di Gunung Kemukus. Sayang ya, kami tidak berhasil mengintipnya, wkwkwkkk.
Pertemuan dengan kedua peziarah itu setidaknya memberi hasil dari acara wisata religi kala itu. Ada peziarah yang melakukan hubungan seks dengan sesama peziarah yang bukan suami atau isterinya. Tapi itu duluuuu.... era tahun 90-an, gak tau kalau sekarang wkwkwk!
podjok pawon, September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H