Hubungan Jeka dkk ini dengan Pak Lurah serta keluarganya pun terjalin dengan baik. Dan Jeka dkk pun menyadarai bahwa mereka ini adalah orang luar yang menumpang tinggal sementara di rumah orang nomer satu di desa itu. Jadi harus pintar-pintarlah menjaga kondisi dan suasana di rumah pondokannya itu.
Membantu pekerjaan yang ada di rumah Pak Lurah itu adalah hal bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai plus di mata keluarga Pak Lurah. Misalnya membantu  menjemur cengkeh di halaman rumah Pak Lurah atau mencuci mobilnya.
![dok, Jeka](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/08/20190906-143953-5d74d3a7097f36132b6a54b2.jpg?t=o&v=770)
![dok.Jeka](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/10/20190906-144054-5d76e7630d823019cd681ff2.jpg?t=o&v=770)
Berangkatnya oleh Pak Lurah diajak mampir warung soto khas daerah itu untuk sarapan yang kedua, terus di kabupaten dapat snack plus makan siang dan ini yang tak disangka-sangka, dapat amplop yang tentu saja isinya duit lah, wkwkwk. Dan pulangnya masih jajan lagi ayam goreng, dibayari Pak Lurah. Sungguh sebuah acara taman gizi yang begitu menyenangkan.
Lalu bagaimana untuk menghindari terjadinya rasa jenuh selama KKN berlangsung. Untuk mengatasinya Jeka dengan memanfaatkan waktu luang untuk bersenang-senang, apa saja bisa dilakukan asal sekiranya aman dan tak mengganggu proker dan tak melanggar tatanan sosial budaya setempat.
Waktu luang di siang hari hingga sore, saat tidak mengerjakan proker, sering dimanfaatkan oleh Jeka untuk ikut keluyuran ke desa KKN yang ada di sebelah bersama Nug dan temannya. Untuk apa? Tak lain adalah untuk bermain di sebuah sungai yang ada kedungnya. Lumayan jernih airnya. Dan yang penting sudah bisa untuk refresing, hehehe.
![dok. Jeka](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/08/20190906-150537-5d74d409097f3609a12da7a3.jpg?t=o&v=770)
Jeka pun pernah diajak oleh Pak Dukuh kulon kali untuk njagong hajatan di malam hari di daerah sebelah barat desa. Ternyata KKN dengan membawa baju batik itu sangat berguna, minimal bisa untuk ikut njagong dan makan enak gratis tanpa membuat malu almamater, hahahaaa.
Hanya sayang saat acara tari-tarian tradisional sebagai acara hiburannya baru akan dimulai, buru-buru Pak Dukuh kulon kali ini pamit ke empunya yang punya hajad. Gagal lah Jeka melihat goyangan penari yang cantik. Padahal siapa tahu bisa berkenalan dan selanjutnya ...ehemmmmm, wkwkwk!
Pernah juga beberapa kali Jeka dkk ijin ke Pak Lurah untuk menonton film di kota 'Anu'. Sudah minta ijin masih juga meminjam mobilnya. Urusan setir menyetir kan ada Har dan Yogi yang memang sudah punya dan bawa sim A, hehehe.
Yang paling heboh adalah saat Tri dan Leni pulang bebarengan ke rumahnya dan katanya juga ada keperluan di Fakultasnya yang berkaitan dengan proker mereka berdua, Jeka dan keempat kawannya malah minta iji ke Pak Lurah untuk piknik. Tak tanggung-tanggung, putri Pak Lurah juga diajak dengan alasan utuk menemani Ita supaya tidak sendirian di sarang penyamun, wkwkwk.
![dok. Jeka](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/08/20190906-145744-5d74d47b097f3634c4204943.jpg?t=o&v=770)
Seharian Jeka dkk ini piknik dengan meminjam mobil kerabatnya Har yang ada di kota 'Anu'. Piknik ke pantai yang panas hingga piknik ke daerah pegunungan yang sejuk benar-benar menjadi sarana refreshing yang bagus. Dan bagi Jeka ini juga sebuah kesempatan untuk selalu berdekatan dengan putri Pak Lurah, hahahaaa.
![dok. Jeka](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/08/20190906-150044-5d74d3df0d8230113d702632.jpg?t=o&v=770)
Lain waktu akan Jeka tuliskan lagi kisah-kisah kejadian  yang lainnya yang berhubungan dengan KKN -nya. Termasuk bagaiman Ita yang mengalami ketakutan saat KKN baru berjalan separohnya.
Untuk sementara ditamatkan dulu sampai disini. Wassalam.
podjok pawon, September 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI