Jeka pun pernah diajak oleh Pak Dukuh kulon kali untuk njagong hajatan di malam hari di daerah sebelah barat desa. Ternyata KKN dengan membawa baju batik itu sangat berguna, minimal bisa untuk ikut njagong dan makan enak gratis tanpa membuat malu almamater, hahahaaa.
Hanya sayang saat acara tari-tarian tradisional sebagai acara hiburannya baru akan dimulai, buru-buru Pak Dukuh kulon kali ini pamit ke empunya yang punya hajad. Gagal lah Jeka melihat goyangan penari yang cantik. Padahal siapa tahu bisa berkenalan dan selanjutnya ...ehemmmmm, wkwkwk!
Pernah juga beberapa kali Jeka dkk ijin ke Pak Lurah untuk menonton film di kota 'Anu'. Sudah minta ijin masih juga meminjam mobilnya. Urusan setir menyetir kan ada Har dan Yogi yang memang sudah punya dan bawa sim A, hehehe.
Yang paling heboh adalah saat Tri dan Leni pulang bebarengan ke rumahnya dan katanya juga ada keperluan di Fakultasnya yang berkaitan dengan proker mereka berdua, Jeka dan keempat kawannya malah minta iji ke Pak Lurah untuk piknik. Tak tanggung-tanggung, putri Pak Lurah juga diajak dengan alasan utuk menemani Ita supaya tidak sendirian di sarang penyamun, wkwkwk.
Seharian Jeka dkk ini piknik dengan meminjam mobil kerabatnya Har yang ada di kota 'Anu'. Piknik ke pantai yang panas hingga piknik ke daerah pegunungan yang sejuk benar-benar menjadi sarana refreshing yang bagus. Dan bagi Jeka ini juga sebuah kesempatan untuk selalu berdekatan dengan putri Pak Lurah, hahahaaa.
Lain waktu akan Jeka tuliskan lagi kisah-kisah kejadian  yang lainnya yang berhubungan dengan KKN -nya. Termasuk bagaiman Ita yang mengalami ketakutan saat KKN baru berjalan separohnya.
Untuk sementara ditamatkan dulu sampai disini. Wassalam.
podjok pawon, September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H