Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seks dan Religi pada Candi Kamasutra dan Candi Sukuh

7 Maret 2019   17:10 Diperbarui: 7 Maret 2019   17:14 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat salah satu foto relief candi di Khajuraho di India seperti yang terpampang di atas, reaksi pertama penulis hanya berguman. "Wah, edan, ada candi, kok, reliefnya menggambarkan adegan bercinta!"  

Tentu saja ini adalah sebuah ungkapan sebagai  bentuk rasa keheranan, dan juga  hal yang wajar, ketika melihat tempat yang pada umumnya merupakan tempat suci umat beragama Hindu namun memiliki relief yang tidak lumrah.

Akan tetapi, untuk selanjutnya penulis  berpikir jika pembuatan relief semacam itu pastinya bukan untuk memuja sesuatu  dengan  cara mengobral adegan seks yang vulgar, melainkan memiliki tujuan tertentu dalam pembuatannya. Bagaimana untuk mengetahui tentang hal tersebut?

Tentu saja kita harus belajar memahaminya dari konteks sejarah dan budaya  masyarakatnya dimana candi tersebut dibuat, terutama sekali pada sistem religi atau sistem kepercayaannya.  Dari situ lah nanti akan diketahui apa dan bagaimana serta fungsinya relief candi itu diukir pada dinding candinya.

Seperti juga halnya jika kita pergi ke Candi Sukuh di Karanganyar seperti  di foto berikut ini.

Foto: media.iyaa.com
Foto: media.iyaa.com
Cara kita memandang situs bersejarah di Candi Sukuh ini pun tak berbeda dengan cara memandang kita terhadap Candi Khajuraho. Memandang sebuah bangunan dari  konteks sejarah dan budaya masyarakat pemangkunya, bukan dari kacamata budaya kita, apalagi budaya kita saat ini.

Adalah keliru jika melihat, menilai benda-benda budaya sebuah masyarakat melalui kacamata pandangan budaya kita. Bukankan kita pernah mendengar adanya ujar-ujar yang mengatakan, "Jangan pernah kau pergunakan bajumu untuk mengukur baju orang lain". 

podjok pawon, Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun