Melihat salah satu foto relief candi di Khajuraho di India seperti yang terpampang di atas, reaksi pertama penulis hanya berguman. "Wah, edan, ada candi, kok, reliefnya menggambarkan adegan bercinta!" Â
Tentu saja ini adalah sebuah ungkapan sebagai  bentuk rasa keheranan, dan juga  hal yang wajar, ketika melihat tempat yang pada umumnya merupakan tempat suci umat beragama Hindu namun memiliki relief yang tidak lumrah.
Akan tetapi, untuk selanjutnya penulis  berpikir jika pembuatan relief semacam itu pastinya bukan untuk memuja sesuatu  dengan  cara mengobral adegan seks yang vulgar, melainkan memiliki tujuan tertentu dalam pembuatannya. Bagaimana untuk mengetahui tentang hal tersebut?
Tentu saja kita harus belajar memahaminya dari konteks sejarah dan budaya  masyarakatnya dimana candi tersebut dibuat, terutama sekali pada sistem religi atau sistem kepercayaannya.  Dari situ lah nanti akan diketahui apa dan bagaimana serta fungsinya relief candi itu diukir pada dinding candinya.
Seperti juga halnya jika kita pergi ke Candi Sukuh di Karanganyar seperti  di foto berikut ini.
Adalah keliru jika melihat, menilai benda-benda budaya sebuah masyarakat melalui kacamata pandangan budaya kita. Bukankan kita pernah mendengar adanya ujar-ujar yang mengatakan, "Jangan pernah kau pergunakan bajumu untuk mengukur baju orang lain".Â
podjok pawon, Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H