Ratu Kalinyamat diceritakan pernah menjalanai laku “topo wudo” atau bertapa tanpa berpakaian di gunung Danaraja. Tujuan Ratu Kalinyamat bertapa adalah meminta kepada Yang Maha Kuasa agar dendamnya terhadap Aryo Penangsang bisa terbalaskan. Aryo Penangsang adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian Pangeran Hadlirin (suami Ratu Kalinyamat) dan Sunan Prawoto ( kakak Ratu Kalinyamat).
Benarkah Ratu Kalinyamat itu melakukan “topo Wudo”? Menurut pandangan saya, laku “topo wudo” ini hanyalah sebuah kiasan. “Wudo” atau tak berpakaian diartikan bahwa Ratu Kalinyamat menanggalkan semua pakaian atau atribut kebangsawanannya sebagai seorang ratu dan beralih menjadi rakyat jelata.
“Topo wudo” di dalam sebuah goa itu menunjuk pada keadaan saat Ratu Kalinyamat menyembunyikan dirinya di tempat yang aman (goa yang gelap) dengan menyamar sebagai rakyat kebanyakan sebagai usaha untuk menghindarkan dirinya dari pengejaran pengikut Aryo Penangsang.
Pada saat itu memang Aryo Penangsang sedang berusaha menyingkirkan siapa saja kerabat Sultan Demak, termasuk Sultan yang diangkat sebagai pengganti Sunan Prawoto yang dibunuhnya, yaitu Sultan Hadlirin suami Ratu Kalinyamat. Semua usaha Aryo Penangsang itu demi memuluskan jalannya menguasai tahta Demak.
sumber gambar: https://serialshmintardja.wordpress.com/adbm/adbm-026/
podjok pawon, Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H