Mohon tunggu...
Jati Jakarta
Jati Jakarta Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Sudah jenuh menjadi karyawan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Punden

30 November 2024   15:16 Diperbarui: 30 November 2024   15:16 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istrinya baru saja ingin mengucapkan sesuatu ketika tiba-tiba semua pintu dan jendela di rumah mereka terbuka, di luar suara angin menderu-deru seperti akan datang badai.

"Ada apa ini?" teriak istrinya berusaha mengalahkan suara angin.  

"Aku akan menutup pintu belakang," kata Johar segera, dia begitu ketakutan dengan pikiran ular besar yang tadi dia lihat akan masuk ke rumahnya. Dia berlari secepatnya untuk menutup pintu belakang, dan bernapas lega saat tidak melihat makhluk melata tersebut di dalam rumahnya. Lalu, semua kembali hening.

Namun, suasana hening itu semakin membuat Johar ketakutan, keheningan ini begitu mencekam, membungkam semua udara dalam ruangan itu. Dia tidak dapat bergerak. Napasnya begitu berat. Dia seperti sedang menunggu sesuatu yang lebih buruk akan terjadi. Sebentar lagi.

Seketika hal itu terjadi, suara teriakan penuh kengerian terdengar dari arah ruang tamu, tempat istrinya berada. Johar berlari ke ruang tamu, tetapi langkahnya terhenti di ambang pintu penghubung. Istrinya bersimpuh dengan lengan dipenuhi bentol-bentol kemerahan yang cairan di dalamnya menggelegak seperti mendidih. Dengan cepat bentol-bentol itu menjalar ke tubuh istrinya, ke kakinya juga ke wajahnya. Istrinya berteriak-teriak kesakitan sambil menggaruki bentol-bentolnya dengan agresif.  

Johar hanya mematung di tempatnya, memandang ngeri ke arah istrinya. Garukan-garukan tangan istrinya mengakibatkan bentol-betol itu pecah dan melelehkan cairan nanah berbau amis. Satu per satu bentol itu pecah menciptakan bopeng basah bernanah. Wajah istrinya tidak lagi dapat dikenali. Tubuhnya menggelapar-ngelapar di lantai dalam usahanya mengurangi rasa sakit. Lalu, tubuh itu terdiam. Istrinya telah mati dengan mata melotot penuh penderitaan.

Johar jatuh terduduk, teriakannya memecahkan keheningan malam itu.

 
Jangan pernah mengambil apa pun dari punden, karena akan membawa kemurkaan para danyang dan mereka akan mengambil milikmu yang paling berharga sebagai gantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun