***
Hiruk-pikuk terlihat jelas di pemandangan kantor polisi saat itu. Setiap orang-orang didalam kantor tengah tersibukkan dengan urusan mereka masing-masing, dan diantara mereka, dua orang yang duduk di meja mereka yang bersebelahan, tengah mendiskusikan dokumen-dokumen dari sebuah investigasi.
"Keji sekali ini orang ini," polisi muda yang tengah membaca salah satu dokumen. "'pelaku menguliti dan mencincang para korban menggunakan pisau bedah' manusia macam apa dia ini?"
"Itu baru detail awalnya," ucap rekan sebelah mejanya yang lebih, sedang melahap donatnya. "Coba kau baca lebih lagi"
"'Dari tes lab, di setiap potongan tubuh terdapat---"
Si polisi muda itu berhenti membaca, dahinya mengerut, matanya menyipit, mulutnya terbuka sedikit. Tergambar jelas ekpresi jijik itu disebabkan karena hal yang tertulis dokumen.
"Sperma," polisi tua menggigit donat coklatnya. "pelaku sepertinya punya selera seksual yang cukup ekstrim.
"Ughh"
"Tapi," polisi tua itu menatap si polisi muda, "Pelaku tidak ingat dengan tindak kriminalnya. Dokumen disini bilang saat pelaku ditangkap, dia memberontak dan mengatakan kalau dia tidak ingat apa-apa. Sepertinya korban terakhirnya memukul pingsan si pelaku dan menimbulkan cidera dikepalanya."
"Iya, benar," polisi muda membalas, "Korban tidak mati seperti korban-korbannya sebelum, yang matinya di ruangan bawah tanah pelaku. Dia mati di ruangan depan, tempat si pelaku ditemukan."
Mereka pun berdua kembali menyimak dokumen-dokumen investigasi.
"Oh ya," polisi tua mengulurkan donat ke si polisi muda. "kamu mau?"
"Tentu saja pak," mengambil donat itu dari tangannya. "Terima kasih pak."