Mohon tunggu...
Jason Alvin
Jason Alvin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sel Punca dan Kontoversi dalam Ekstraksinya

30 Agustus 2018   02:57 Diperbarui: 30 Agustus 2018   03:28 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membunuh manusia demi menyelamatkan manusia lainnya bukanlah sesuatu hal yang benar untuk dilakukan. Jadi pendapat tersebut tidak bisa dipakai untuk membenarkan praktek ekstraksi sel punca dari embrio.

Pendapat lain juga juga mengemukakan bahwa embrio yang dibiakkan untuk diambil sel puncanya bukanlah bertujuan untuk menghasilkan bayi, sehingga tidak membawa dampak etika dan moral terhadap hal apa saja yang akan dilakukan kepada mereka kedepannya.

Pendapat itu juga kurang tepat, karena proses fertilisasi, baik yang terjadi secara alami maupun buatan (dalam laboratorium), akan menghasilkan bakal bayi, yang adalah manusia juga. Kurang tepat bila menganggap embrio yang dibiakkan secara khusus hanya untuk diambil sel puncanya, bukanlah manusia.

Lalu, adakah jalan penyelesaian dari permasalahan ini? Sebenarnya, persoalan ini bisa diselesaikan dengan munculnya teknologi baru dalam proses penyediaan sel punca untuk kebutuhan medis. Cara tersebut adalah dengan menggunakan Sel induk pluripoten diinduksi (dalam bahasa Inggris disebut sebagai induced pluripotent stem cell atau IPSC), yaitu merupakan sel punca hasil rekayasa genetika yang berasal dari sel dewasa yang diprogram kembali sehingga memiliki sifat pluripotensi.

Pengubahan sel dewasa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama adalah dengan memasukkan gen yang berperan dalam ekspresi sifat-sifat sel punca ke dalam sel tubuh dewasa seperti Oct-3/4, keluarga gen Sox (Sox2, Sox1, Sox3, Sox15, Sox18), keluarga gen Klf (Klf1, Klf2, Klf4, Klf5), dan keluarga gen Myc (c-myc, L-myc, and N-myc), serta gen Nanog dan LIN28 dengan menggunakan perantara retrovirus.

Cara tersebut adalah cara pertama yang berhasil mengubah sel somatis menjadi sel induk pluripoten diinduksi. Cara ini dikemukakkan oleh Shinya Yamanaka dan timnya yang berasal dari Kyoto Univerity, Jepang. Cara kedua adalah dengan menggunakan bahan kimia seperti histone methyl transferase (HMT) dan DZNep, ALK5 inhibitor SB431412 dan MEK (mitogen-activated protein kinase) inhibitor PD0325901 dengan menambahakan pula Thiazovivin untuk meningkatkan jumlah sel induk pluripoten diinduksi (kimiawi) yang dihasilkan.

Cara tersebut dikemukakkan oleh Profesor Sheng Ding dan timnya. Cara lainnya adalah dengan menggunakan perantara adenovirus untuk memasukkkan gen-gen yang berpengaruh dalam ekspresi sifat-sifat sel punca. Selain itu plasmid juga bisa dipakai untuk memasukkan gen gen tersebut.

Proses ini secara langsung menghilangkan masalah etika dan moral yang dialami oleh praktik ekstraksi sel punca dari embrio, dan secara signifikan mengurangi resiko penolakan sel punca oleh tubuh penerima karena sel yang digunakan berasal dari tubuh penerima sendiri (tidak ditolak oleh sistem imunitas tubuh penerima).

Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik adalah, ekstraksi dan penggunaan sel punca yang berasal dari embrio harus segera dihentikkan. Ada beberapa fakta yang mendukung argumen ini, yaitu; yaitu ekstraksi sel punca dari embrio melibatkan proses pembunuhan embrio, yang merupakan manusia dalam bentuk terkecilnya sehingga belum memiliki kesadaran akan hal yang akan dialaminya.

Ibaratkan saja anda membunuh seorang yang tak berdaya demi menyelamatkan yang sakit. Hal itu tentu tak bisa dibenarkan. Kedua, penggunaan sel punca yang berasal dari embrio memiliki resiko penolakan oleh tubuh penerima yang lebih besar dari metode lainnya karena memiliki susunan DNA yang berbeda dari sel tubuh penerima.

Ketiga, belum adanya peraturan hukum yang jelas tentang proses ekstraksi sel punca yang berasal dari embrio memungkinkan terjadinya komodifikasi dan komersialisasi sel punca dan segala hal yang berhubungan dengannya termasuk sel telur pendonor (terutama ketika proses pengambilan sel telur dari pendonor karena mereka yang akan mengalami kerugian terbesar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun