Mohon tunggu...
Jason Alvin
Jason Alvin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sel Punca dan Kontoversi dalam Ekstraksinya

30 Agustus 2018   02:57 Diperbarui: 30 Agustus 2018   03:28 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang akan anda rasakan jika anda dulu menjadi salah satu embrio yang bernasib nahas tersebut? Argumen tersebut menjadi salah satu dasar dari penolakan proses ekstraksi sel punca dari embrio.

Praktek pengambilan sel punca dari embrio bisa dikatakan melanggar kode etik Nuremberg (yaitu adalah kode etik penelitian berjumlah 10 butir yang diciptakan dengan maksud memastikan tidak adanya unsur pemaksaan yang terjadi dalam suatu penelitian), karena dapat dipastikan melanggar dua butir dalam kode etik tersebut, yang bunyinya adalah:

Setiap subjek penelitian haruslah didasari atas kesukarelawan subjek, serta subjek penelitian harus mendapat informasi yang jelas dan terbuka akan penelitian yang akan dijalankan kepadanya, serta subjek harus memiliki kesadaran penuh terhadap penelitian yang akan dilakukan terhadapnya, dan, setiap kegiatan penelitian tidak boleh dilakukan, bilamana diyakini akan menimbulkan cacat permanen, kelainan, maupun kematian terhadap subjek penelitian dalam prosesnya. Sesuai fakta yang sudah disajikan sebelumnya, proses ekstraksi sel punca dari embrio melibatkan proses pembunuhan embrio sehingga menimbulkan kematian embrio sebagai bakal manusia. Embrio juga belum memiliki kesadaran tidak mempunyai kemampuan untuk menentukkan kemauannya dalam mengikuti proses yang akan dijalaninya.

Ekstraksi sel punca dari embrio juga sangat bergantung terhadap pasokan sel telur yang didapat dari proses transvaginal oocyte retrieval (TVOR), yaitu proses pengambilan sel telur subur dari ovarium wanita untuk dibiakkan di luar tubuh. Bila tidak ada peraturan jelas yang mengatur tentang kegiatan ekstraksi sel punca yang berasal dari embrio, hal tersebut bisa membuka celah terjadinya komodifikasi sel telur dari wanita.

Para pendonor bisa saja mendapatkan terapi superovulasi agar mereka mereka mampu menghasilkan sel telur lebih dari sekali dalam sebulan. Prosedur ini menimbulkan rasa sakit yang cukup signifikan dan dpat menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti rusaknya ovarium.

Menyadari proses tersebut, maka proses TVOR untuk pengembangbiakkan embrio yang akan diambil sel puncanya merupakan hal yang merendahkan harga diri wanita karena mereka hanya dianggap sebagai penghasil sel telur saja, bukan sebagai manusia yang memiliki kebebasan dan hak asasi manusia.

Biaya terapi yang tinggi dapat pula menjadi faktor pendorong terjadinya komersialisasi sel punca. Demi memenuhi kebutuhan dan untuk mencari keuntungan, embrio dibiakkan (melalui proses fertilisasi di laboratorium) secara intensif, lalu dimatikan dan diambil sel puncanya, untuk kemudian dijual sebagai komoditas yang bernilai tinggi.

Praktek komersialisasi sel punca adalah hal yang tak pantas dilakukan, apalagi bila sel yang diperjualbelikan berasal dari embrio yang merupakan calon kehidupan manusia. Membunuh embrio sama halnya seperti membunuh orang dalam keadaan koma. Mengetahui hal tersebut, apakah anda mau menjadi orang koma tersebut? Tentu tidak bukan? Praktek seperti itu tentu sangat merendahkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk hidup.

Penggunaan sel punca untuk terapi medis yang berasal dari embrio juga memiliki resiko penolakan oleh sistem imunitas penerima. Sel punca yang berasal dari embrio memiliki susunan DNA yang berbeda dengan sel tubuh penerima, sehingga bisa memicu sel darah merah menganggapnya sebagai sel penyerang tubuh.

Hal tersebut secara langsung mengurangi efektivitas terapi. Obat-obat yang dipakai untuk meredam efek penolakan dari tubuh ternyata juga memiliki efek samping yang tidak tanggung-tanggung. Melemahnya sistem imunitas tubuh secara signifikan dapat menyebabkan penerima terserang infeksi yang lebih berbahaya dari yang pernah dialami sebelumnnya.

Beberapa pihak berpendapat bahwa ekstraksi sel punca merupakan hal yang wajar untuk dilakukan karena hasil dari praktik tersebut dapat menyelamatkan banyak nyawa. Pendapat tersebut kurang tepat, karena embrio adalah pada dasarnya manusia, hanya saja masih berada di tahap perkembangannya yang paling awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun