Selain banyak menggunakan bahasa daerah, pada novel ini juga banyak terdapat kata dalam bentuk tidak baku. Seperti pada halaman 12, terdapat kata tidak baku pada kalimat "Jalan dan lorong makin sunyi, laki-laki sedang sembahyang magrib dalam mesjid besar dan perempuan tengah beternak hendak menyediakan makanan untuknya anak-beranak." Pada kalimat tersebut terdapat dua kata dalam bentuk tidak baku. Kata yang pertama yaitu kata "makin" yang merupakan bentuk tidak baku dari kata "semakin" dan kata yang kedua yaitu "mesjid" Â yang merupakan bentuk tidak baku dari kata "masjid".
Azab dan Sengsara merupakan novel yang bagus dalam mengisi kekosongan hari. Terlepas dari semua kekurangan yang ada, buku ini memiliki cerita yang tidak terlalu ringan namun dikemas secara baik. Buku ini bisa menjadi pilihan bagi para pembaca yang menyukai novel bertemakan percintaan yang rumit. Selain itu, buku ini merupakan pilihan yang bagus bagi para pembaca yang ingin mengenal adat istiadat zaman dulu terutama adat di daerah Sipirok dengan sudut pandang yang berbeda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H