Mohon tunggu...
Jason Setio
Jason Setio Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel "Azab dan Sengsara" (1920) - Hidup dalam Kesengsaraan

30 September 2021   20:56 Diperbarui: 4 Oktober 2021   09:16 5514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain banyak menggunakan bahasa daerah, pada novel ini juga banyak terdapat kata dalam bentuk tidak baku. Seperti pada halaman 12, terdapat kata tidak baku pada kalimat "Jalan dan lorong makin sunyi, laki-laki sedang sembahyang magrib dalam mesjid besar dan perempuan tengah beternak hendak menyediakan makanan untuknya anak-beranak." Pada kalimat tersebut terdapat dua kata dalam bentuk tidak baku. Kata yang pertama yaitu kata "makin" yang merupakan bentuk tidak baku dari kata "semakin" dan kata yang kedua yaitu "mesjid"  yang merupakan bentuk tidak baku dari kata "masjid".

Azab dan Sengsara merupakan novel yang bagus dalam mengisi kekosongan hari. Terlepas dari semua kekurangan yang ada, buku ini memiliki cerita yang tidak terlalu ringan namun dikemas secara baik. Buku ini bisa menjadi pilihan bagi para pembaca yang menyukai novel bertemakan percintaan yang rumit. Selain itu, buku ini merupakan pilihan yang bagus bagi para pembaca yang ingin mengenal adat istiadat zaman dulu terutama adat di daerah Sipirok dengan sudut pandang yang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun