Mohon tunggu...
Jason Setio
Jason Setio Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel "Azab dan Sengsara" (1920) - Hidup dalam Kesengsaraan

30 September 2021   20:56 Diperbarui: 4 Oktober 2021   09:16 5514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak yang perempuan tidak diceritakan pengarang dan anak yang laki-laki bernama Sutan Baringin. Semasa hidupnya ia selalu dimanja oleh ibunya sehingga ia menjadi laki-laki yang pemalas, keras kepala dan angkuh. 

Setelah dewasa, ia dijodohkan dengan seorang perempuan bernama Nuria. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai dua orang anak, yang satu perempuan dan yang satu lagi laki-laki. Anak yang perempuan bernama Mariamin dan yang laki-laki tidak diceritakan oleh penulis. 

Mariamin merupakan perempuan yang sopan dan taat terhadap agama maupun kedua orang tuanya. Setelah beranjak remaja, Mariamin jatuh cinta kepada seorang pemuda bernama Aminuddin. 

Aminuddin merupakan sepupu dari Mariamin, anak dari adik perempuan Sutan Baringin. Namun percintaan mereka terhalang karena ayah Aminuddin tidak setuju karena Mariamin besar di keluarga yang miskin. Sebenarnya ibu Aminuddin menyetujui percintaan tersebut, tetapi karena suaminya tidak setuju maka ia mengalah.  

Kemudian, Aminuddin menikah dengan perempuan pilihan kedua orang tuanya. Sedangkan Mariamin jatuh sakit setelah mendengar kabar bahwa Aminuddin telah menikah dengan wanita lain. 

Tidak lama setelah itu, Mariamin dijodohkan dengan lelaki pilihan ibunya yang bernama Kasibun. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, Mariamin malah mendapatkan kesengsaraan dari pernikahannya dengan Kasibun. Akhirnya Mariamin meminta untuk bercerai dan setelah itu dikabulkan oleh hakim agama di peradilan agama. Dengan hati yang hancur, Mariamin kembali ke sipirok, dan di sanalah ia menetap dengan penuh kesengsaraan sampai akhir hayatnya.

Di dalam novel ini terdapat beberapa tokoh antara lain Aminuddin, Mariamin, Sutan Baringin, Orang tua Sutan Baringin, Adik dari Sutan Baringin, Nuria, Kasibun, dan Marah Sait. Alur yang digunakan dalam novel ini yaitu alur campuran atau alur gabungan. Alur campuran ini digunakan penulis untuk mengenal tokoh lebih dalam. Seperti, saat penulis menceritakan mengenai masa kecil Aminuddin dan Mariamin. 

Secara keseluruhan buku ini memiliki banyak kelebihan. Salah satu kelebihannya yaitu adanya ilustrasi yang terdapat di beberapa bab. Dengan adanya ilustrasi ini, saya sebagai pembaca merasa terbantu karena ilustrasi tersebut bisa menggambarkan suasana maupun latar tempat yang sedang diceritakan oleh penulis.

 Seperti pada halaman 120, pada halaman tersebut terdapat ilustrasi yang menggambarkan suasana yang sedang terjadi yaitu Aminuddin yang sedang termenung setelah membaca surat dari kekasihnya. Selain pada halaman 120, pada halaman 154 juga terdapat ilustrasi mengenai Aminuddin dan Mariamin yang sedang termenung dan sedih karena keduanya yang harus berpisah. 

Selain terdapat kelebihan pada isi buku, kelebihan lainnya juga terdapat pada fisik dari buku itu sendiri. Buku ini menggunakan kertas yang cukup tebal sehingga tidak mudah sobek. Ukuran huruf yang digunakan juga tidak terlalu kecil sehingga mudah untuk dibaca dan tidak membuat lelah mata. Walaupun saya mendapatkan buku yang sudah cukup lama, tetapi secara fisik buku ini masih sangat layak untuk dibaca

Namun, novel ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan yang pertama yaitu novel ini masih banyak menggunakan bahasa daerah. Sehingga bisa membuat para pembaca menjadi sulit atau kurang paham dengan kalimat yang disampaikan. Contohnya pada halaman 13 pada kalimat "Ah, rupanya hari sudah malam. Dari tadi saya menunggu-nunggu angkang,". Dalam kalimat tersebut terdapat kata daerah yang sudah jarang kita dengar yaitu angkang. Dengan adanya kata tersebut bisa membuat pembaca sedikit bingung dalam memahami kalimat yang diucapkan tokoh. Dikutip dari kamusbatak.com, angkang memiliki arti abang atau kakak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun