Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[2] Kaus Kaki Ramonsky

1 Oktober 2016   16:40 Diperbarui: 1 Oktober 2016   16:52 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramon melongok ke luar jendela kamar. Ibunya ternyata tak jauh dari kamarnya. Sibuk menata bunga di atas meja besar di ruang tengah.

“Sst, bukan kaus kaki pembelian Ibu, Muum..,” sambil setengah berbisik, Ramon menarik Mum dari singgasana rileksasinya. Sepasang mata elang Ramon terus mengawasi gerak-gerik ibunya. Khawatir sang ibu bisa mendengar adu argumentasi di kamarnya itu.

“Memang ada apa dengan kaus kaki pembelian Ibu?” melihat bukit kekhawatiran di wajah Ramon, walau belum pasti sebabnya, tapi Mum sudah merasa senang dengan menyengaja meninggikan suaranya.

“Dasar jahil lola, Luh!” kali ini segulungan kaus kaki dengan gemas yang berkekuatan disumpalkan Ramon ke mulut Mum.

Lalu, “Aduuh! Sakit tauk, Mas!Bbeuih, bbueihh! Ampun, untung aja bukan kaus kaki kotor,” gadis itupun meringis, kemudian melet-melet merasakan kebas di seputaran mulut dan lidahnya. Sebuah imbalan setimpal atas kejahilannya.

”Lihat,Mum! Ini, yang ini coraknya norakbanget, bahannyatipis, kasar, gatal dan tidak menyerap keringat, harganyapun sudahbisa ditebak pastisepuluh ribu-tiga.  Aku tidak mau hidungmancung Darling SintiyakuCantikku Cintaku mencium bau kakiku,” Ramon berkata jujur.

“Memang bau kaki MasRamon tidak sedap ya?” tanya Mum nakal.

Ramon sontak menyorongkan sepasang kakinya ke wajah Mum. “Nih-nih! Cium sendiri nih! Yang jelas baunya masih jauh lebih bagus daripadabau ketekmu itu, tahu?” dengus Ramon kesal.

“Hah? Masak sih? Memang MasRamon pernahya mencium ketek saya?Kapan tuh? Jangan-jangan waktu Mum lagi tidur pules ya?” Mum merapatkan bibirnya. Ada senyum yang tertahan di sana. Matanya berpijar jenaka.

Tidak ada KDRT kali ini. Mungkin Hardy Ramonsky telah menyadari, membalas perkataan Mum dengan respon esktrim bagaikan alu pencungkil duri, itu pekerjaan yang sia-sia belaka, buang tenaga.

“Mas Ramon! Ya Allah, tega nian kau, Maass!” Dan Mumtaz Hannah hanya bisa pasrah ketika setumpuk pasang kaus kaki yang berhasil ia kumpulkan dan tengah ia rapikan itu beterbangan dan kembali berhamburan, bercerai-berai untuk memuaskan kekesalan Ramon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun