Kondisi dimana pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak disebut sebagai penyakit jantung koroner. Arteri koroner yang berfungsi untuk mengalirkan darah kaya oksigen ke otot jantung akan menyempit apabila tersumbat oleh penumpukan lemak. Hal itu pada akhirnya mengakibatkan aliran darah dan asupan oksigen ke otot jantung berkurang. Banyak hal yang dapat mengakibatkan seseorang menderita penyakit jantung koroner, seperti karena merokok, menjalani pola makan yang tidak sehat, seperti tinggi lemak dan gula, menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), memiliki kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia), dan sebagainya. Selain mengetahui penyebab dari jantung koroner, tentu kita harus mengetahui gejala-gejala yang dialami seperti merasakan nyeri dan tidak nyaman bagian dada, merasakan adanya tekanan, keringat dingin, mual, lemas pusing hingga pisan, bahkan merasakan secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi dan waktu yang bervariasi.
Pertolongan medis sangat dibutuhkan segera dan juga merupakan langkah dokter untuk melakukan pemeriksaan secara berkala. Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa faktor risiko yang dialami oleh pasien. Bila pasien berisiko terkena penyakit jantung koroner, dokter akan mengukur tekanan darah dan memeriksa kadar kolesterol pasien. Beberapa metode yang dilakukan oleh dokter, antara lain berupa elektrokardiografi (EKG) untuk merekam beberapa aktivitas listrik jantung, stress test sebagai pendeteksi jantung koroner yang sering muncul saat pasien beraktivitas, serta kateterisasi jantung dan angiografi koroner yang berfungsi untuk melihat aliran darah menuju jantung dan mendeteksi penyumbatan pembuluh darah. Tidak hanya itu saja, dokter juga pasti akan memberikan pengobatan penyakit tersebut, komplikasi penyakit jantung koroner, bahkan pencegahan jantung koroner apabila pasien berisiko terserang penyakit jantung koroner.
Berkomunikasi dengan pasien juga tentunya tidak dilakukan dengan sembarangan dan asal berbicara saja. Komunikasi merupakan suatu alat penting untuk membina hubungan terapeutik dan dapat memengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Mencapai tingginya tingkat kepuasan pasien, membina hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien agar dapat beradaptasi dengan stress dan gangguan psikologis hingga dapat mempercepat proses kesembuhan pasien merupakan tujuan utama dari dilakukannya komunikasi terapeutik pada pasien. Beberapa langkah yang dilakukan untuk tercapainya komunikasi terapeutik yang efektif, adalah:
1. Proses Pra-interaksi
Dalam fase pertama ini, seorang dokter harus mempersiapkan diri dengan memahami riwayat medis pasien dan informasi penting sebelum berinteraksi dengan pasien. Hal ini diawali dengan formulir data diri yang telah diisi oleh pasien akan diberikan ke dokter, sebelum seorang pasien dipanggil ke ruangan untuk bertemu dengan dokter.
2. Proses Orientasi
Pada fase inilah seorang dokter dan pasien bertemu untuk pertama kalinya. Seorang dokter harus memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari proses perawatan kepada pasien, menanyakan keluhan yang dialami, dan mendengarkan secara antusias serta cermat agar pasien merasa dihargai.
3. Proses Kerja
Setelah melakukan proses orientasi, seorang dokter akan melakukan komunikasi lebih mendalam untuk memeriksa pasiennya. Dokter akan memberikan informasi, mendengarkan kekhawatiran pasien, bahkan memberikan dukungan emosional.
4. Proses Terminasi
Fase akhir pertemuan, dimana kepercayaan sudah terbina antara dokter dan pasien dengan memberikan kesimpulan serta rencana selanjutnya. Proses ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu terminasi sementara (masih ada pertemuan selanjutnya untuk memeriksa kembali perkembangan pasien), dan terminasi akhir (pertemuan dokter dan pasien sudah selesai secara menyeluruh).