Mohon tunggu...
Jari Pena
Jari Pena Mohon Tunggu... wirasastra -

kehidupan ini apapun ronanya sebenarnya hanya berujung pada satu muara yaitu : cinta,,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tu(h)an Broedin

15 Desember 2017   21:49 Diperbarui: 17 Desember 2017   07:13 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan senyum Broedin pun bilang : bukan gitu wan,,ane hanya pengen tau,,tu yang namanya Ka'bah ada besinya ga, siapa tau ntar bisa jadi besi tua,,,Hah kurang ajar ente ditempat suci sempet-sempetnya jualan sama Tuhan,,kualat ente,,gak selamat,,tiba-tiba bakiak melayang,,,Broedin pun ngeles sambil cengengesan Kadang saya juga heran, nasionalisme si Broedin suka dipertanyakan, tapi menurut Broedin prinsip menghormati seperti falsafah : Bapa-Guru-Ratu, artinya yang pertama harus dihormati adalah orang tua, yang kedua guru, kyai yang mengajari kita, baru yang terakhir penguasa.

 Namun bukan karena itu nasionalismenya luntur, pernah dia ngotot waktu 17-an disuruh nyanyi:" 17 Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita". Dia ngeyel bukan 17 tapi 16, akhirnya orang-orang mengalah, maka dengan lantang Broedin bernyanyi : 16 Agustus tahun empat lima,,,besoknya hari kemerdekaan kita,,,, Atau lain kali disuruhnyanyi lagu nasional nadanya aneh,,,bayangkan disuruh ambil suara yang keluar hanya : ggrruuuudddd,,,,sampe akhirnya : gruuddaaa pancasilaaa,,akulah pendukungmu,,,,

 Jadi saya beruntung memiliki sahabat bernama H.Broedin ini, pemikirannya out of the box,,hubungannya dengan Tuhan pun mesra seperti teman, kadang seperti kekasih lagi marahan, bukan seperti atasan-bawahan. Kehidupannya banyak warna, semua dijalani dengan ikhlas, apapun kesulitan hidup sampai titik nadir pun tidak kelihatan ngresulo alias mengeluh, paling dia protes : katanya Sampeyan Rahman dan Rahim,,manaaa,,,saya ada kesulitan Sampeyan biarkan. Jujur,,saya tidak akan sanggup bilang seperti itu dihadapanNya, hanya orang-orang yang telah dekat bisa berkata semesra itu, dan salah satunya adalah sobat saya Tuan Broedin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun