Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 18

24 Januari 2025   10:57 Diperbarui: 24 Januari 2025   10:57 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Baik guru," ucap Ratri kemudian.

"Eh, ini guru. Ini ada sesuatu dari ayah dan ibu untuk guru sebagai ucapan terima kasih," ucap Widura sambil menyerahkan keranjang yang dia bawa dari rumah.

"Oh begitu. Letakkan di sini saja biar nanti Nak Rasta yang membereskan," jawab Ki Rana. "Ayo sekarang kalian bisa mulai belajar mengenal aksara terlebih dulu."

Ki Rana lalu berdiri dari tempat duduk dan mengajak Widura dan Ratri mengikutinya. Tiga sosok itu lalu melangkah keluar dari area teras menyusuri sisi rumah dan menuju ke teras yang lain yang ada di samping rumah.

Teras yang mereka masuki kali ini lebih luas dari yang sebelumnya. Sedang lantainya juga masih dibuat dengan cara yang sama. Di tengah area teras tergelar selembar tikar yang dibuat dari anyaman pandan. Lalu di sisi yang dibatasi dinding rumah terdapat rak yang di atasnya terdapat banyak kotak dan tabung bambu.

Di sebuah sudut, terdapat sebuah meja kecil dengan sebuah teko dan beberapa cangkir di atas permukaannya. Selain itu, ada dua buah toples gerabah yang berisi jajanan kering.

Ki Rana memerintahkan Widura dan Ratri duduk di atas tikar. Lalu ia mengambil dua buah tabung bambu dari rak yang ada di situ.

Dalam tabung bambu itu terdapat gulungan lembaran kulit hewan yang sudah dikeeringkan. Setelah gulungannya dibuka, di salah satu permukaan kulit terdapat deretan goresan aksara. Dua bocah itu kemudian memperhatikan dengan serius guratan-guratan itu. Sedangkan Ki Rana mulai menjelaskan satu demi satu aksara tersebut.

Demikianlah ternyata waktu tidak terasa berlalu, Widura dan Ratri begitu tekun mempelajari deretan-deretan aksara yang ada di depan mata mereka. Hingga pada akhirnya Ki Rana menyuruh mereka menyudahi pembelajaran.

"Baiklah, saya kira hari ini sudah cukup belajarnya," Ki Rana berkata, "Silahkan kalian minum dulu."

Widura dan Ratri membereskan alat pembelajaran mereka masing-masing. Mereka lalu mengambil minuman dari meja dan kembali duduk menghadap Ki Rana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun